Pandemi Covid-19 hampir melumpuhkan dunia. Virus tidak hanya menyerang bidang kesehatan, sektor penting lain yang tampak akan ambruk adalah ekonomi. Periode Maret hingga Mei 2020 adalah masa yang berat bagi para pelaku usaha. Ketahanan negara diuji, terutama secara ekonomi. Terbukti, pelambatan ekonomi dalam tiga bulan itu menentukan sejumlah keputusan penting pemerintah.
Cukup tiga bulan dunia usaha menderita. Kira-kira begitu asumsi pemerintah. Kampanye fase kehidupan normal baru (new normal) terdengar seperti lelucon, di tengah tren jumlah kasus positif yang tetap tinggi secara nasional. Sekali lagi, prioritas ekonomi nasional adalah justifikasi yang relevan  di balik gaung new normal . Kesehatan penting, tetapi ekonomi yang utama. Mungkin ini prinsipnya.
Di Jakarta, Gubernur Anies Baswedan berpidato optimis pada peringatan HUT Kota Jakarta, Senin 22 Juni 2020. Menurutnya, penyebaran Covid-19 di DKI sudah terkendali, meski faktanya jumlah kasus positif Covid-19 di Jakarta sejak 1-21 Juni bertambah 2.558 kasus. (www.cnnindonesia.com, 22/06/2020).Â
Di Kupang pada hari Sabtu, 20 Juni 2020, dalam perang melawan Covid-19, sekelompok anak muda NTT baru saja berjuang merampungkan sebuah pelatihan berdurasi enam hari. Ini adalah pelatihan yang penuh perjuangan.Â
Pelatihan yang digagas dengan modal mimpi dan ilmu. Mimpi untuk mewujudkan kehadiran Laboratorium Biomolekuler Quantitative Polymerase Chain Reaction (qPCR) untuk tes massal dan murah di NTT. Kehadiran laboratorium ini memanfaatkan patungan ilmu sejumlah anak muda. Ada ahli biomolekuler, insinyiur teknik, sosiolog, aktivis kemanusiaan, dosen, praktisi komunikasi dan lainnya.
Sekali lagi, ini adalah pelatihan penuh perjuangan. Berjuang mencari biaya untuk membeli makan siang peserta, usaha meminjam-minjam peralatan lab dan tempat pelatihan, hingga upaya meyakinkan otoritas birokorasi tentang fungsionalitas laboratorium.Â
Satu atau dua hari menjelang pelatihan, para penggagas kesulitan pembiayaan. Aksi fund raising di dunia maya lalu mengubah segalanya. Rp. 51 juta uang sumbangan dalam kisaran kurang lebih 50 jam datang dari ketulusan para donatur. Ada dokter, guru, aktivis, dosen, macam-macamlah profesi yang bersimpati. Â
Hal baik akan menyertai mereka yang memiliki niat baik. Ungkapan ini layak diterima Tim Pool Test Massal Covid-19, Forum Academia NTT (FAN), serta sejumlah individu yang berada di balik pelatihan dan mimpi kehadiran Lab qPCR di NTT. Sabtu, 21 Juni lalu, 20-an laboran selesai dilatih dan siap mendukung operasional laboratorium bertekanan negatif, salah satunya  di Klinik Pratama Universitas Nusa Cendana Kupang.
Tentu saja ini kabar gembira untuk 5,4 juta warga NTT. Dalam hitungan Tim Pool Test, jika NTT mampu mengoperasikan tiga lab qPCR, kapasitas pemeriksaan spesimen bisa mencapai 900 Swab per hari. Dan yang terpenting, biaya Swab bisa ditekan hingga hanya Rp 30 ribu, dari harga selama ini di kisaran Rp 1,5-Rp 2,6 juta. (www.timexkupang.com, 9/06/2020).
Dedikasi Sains
Pihak yang berperan besar di balik ide menghadirkan lab qPCR di NTT adalah Forum Academia NTT (FAN). Di FAN, berkumpul banyak anak NTT lintas profesi yang rutin berdiskusi, sharing gagasan, ilmu dan pengalaman sebagai bentuk kontribusi dalam pembangunan di NTT.Â
Selama masa work from home akibat pandemi, hampir setiap minggu FAN memfasilitasi panel online dengan banyak narasumber, untuk mengkaji penyebaran covid-19 dan dampaknya dari berbagai perspektif.