Kemudian, dari perspektif mengasah keterampilan menulis, Kompasiana itu ibarat medan tempur yang ideal untuk menguji adrenalin, seberapa baik memilih isu, membangun argumen, menyiapkan data, lalu meraciknya menjadi tulisan yang runut dan logis.
Di Kompasiana, saya begitu bergairah untuk belajar satu gaya menulis, story telling. Membaca tulisan renyah dengan gaya bercerita seperti dilakukan  Dahlan Iskan di Jawa Pos, Linda Chritanty di web pribadinya, Karim Raslan di kolom kompas.com serta aneka catatan di wall facebook Nezar Patria, itu sangat influencing.Â
Untuk kebutuhan mengembangkan kemampuan menulis secara mandiri, Kompasiana merupakan ruang belajar yang sempurna, Â dengan konten tulisan sebagai materi, dan sesama Kompasianer sebagai rekan belajar.
Bagi saya, sebagai penulis pembelajar, Kompasiana telah berperan penting dalam membakar sisi produktivitas, agar tetap menyala, menghasilkan tulisan demi tulisan untuk kemaslahatan diri sendiri, dan (mungkin) juga para pembaca.
 Satu yang tak kalah penting adalah, menjadi Kompasianer itu sebetulnya merupakan  cara lain memanjakan kognisi, biar tetap tajam, terasah dan terhindar dari krisis imajinasi. Dan terakhir, memiliki sebuah tulisan yang telah dibaca lebih dari dua ribu pembaca di Kompasiana, itu nikmatnya tak bisa dilukiskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H