Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Esports dalam Kurikulum Pendidikan dan Derita Siswa Pelosok

5 Februari 2019   05:49 Diperbarui: 7 Februari 2019   14:53 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit: GREG BAKER/AFP/Getty Images

Membaca wacana Electronic Sports (esports) masuk dalam kurikulum sekolah, kembali membuat saya terbayang dengan kondisi yang saat ini tengah dihadapi sejumlah SMA di pelosok Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT. 

Pada Ujian Nasional (UN) tahun 2019 April mendatang, semua SMA diwajibkan menggunakan sistem berbasis komputer (UNBK). Syarat ini berlaku tanpa kecuali, termasuk SMA yang belum memiliki jaringan internet dan perangkat hardware komputer/laptop. 

Bagaimana bisa sekolah tanpa koneksi dan perangkat bisa UNBK? Keputusan telah dibuat pihak Dinas Pendidikan NTT dan para kepala sekolah, bahwa sekolah yang belum punya perangkat akan menumpang ujian pada sekolah lain yang memiliki perangkat Informasi Teknologi/IT. Sekolah tempat saya mengajar salah satu yang harus meminjam perangkat di sekolah lain.

Konsekuensinya ternyata berat. Sekolah saya berjarak 81 km dari  Soe, kota di mana sekolah yang menjadi tempat anak-anak mengikuti UNBK berada. Dengan jarak sejauh ini, maka mulai dari sekarang kami harus berpikir tentang bagaimana menyertakan peserta UNBK kami dalam simulasi UNBK.

Simulasi ini urgent, karena hampir semua peserta UN kami tidak familiar dengan operasional komputer dan laptop. Dengan latar belakang orang tua petani, perangkat seperti ini tidak dimiliki di rumah. Sekolah menjadi harapan siswa untuk memiliki keterampilan IT, juga belum memiliki perangkatnya secara memadai. 

Untuk kepentingan itu, maka sekolah wajib mengurus hal-hal seperti transportasi, konsumsi dan akomodasi anak-anak selama di Soe. Semua urusan itu tentu saja berdampak pada pembiayaan. Bersyukur jika secara prosedur, item kegiatan seperti ini  bisa dicover dari sumber dana BOS.  Ini baru tahapan simulasi, belum UN utama pada April nanti. 

Uraian di atas ingin memberikan gambaran bagaiamana isu-isu di bidang IT masih menjadi kendala besar bagi banyak sekolah pelosok. Kondisi keterbatasan pada akses perangkat IT seperti menempatkan siswa menjadi kelompok yang rentan atas sebuah sistem.

Kerentanan itu terletak pada kemungkinan menanggung konsekuensi biaya, hak kenyamanan sebagai peserta ujian, dan dalam konteks luas, itu berkaitan dengan hak mendapatkan layanan pendidikan yang layak.

Kaitan dengan teknologi IT, wacana untuk memasukan esports dalam muatan kurikulum pendidikan seperti dilontarkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, berpeluang menambah derita siswa dan sekolah-sekolah pelosok.

Menpora Imam Nahrawi menyatakan keseriusannya mendorong esports masuk dalam kurikulum, caranya dengan meminta rekomendasi para kepala sekolah untuk hal ini.

Menurut Imam, esports prospektif untuk industri dan prestasi olahraga. Di dalamnya terkandung nilai sportivitas, kerjasama, saling menghargai dan semangat bekerja sama. Menurut Menpora, tahun 2019 akan ada event Youth National esport Championship yang melibatkan tim dari 600 SMP dan SMA di 22 kota di pulau Jawa dan Sumatra untuk memperebutkan Piala Menpora. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun