Debat perdana capres dan cawapres 2019 tinggal hitungan jam. Jutaan orang Indonesia menunggu, "laga perdana" pra pemilu-debat; sebagai medan pertarungan ide, berjualan program dan tentu saja kepiawaian beretorika.
Debat menurut para ahli  berdampak besar pada elektabilitas capres. Hipotesis ini terbukti pada pilpres 2014. Sebagai contoh, merujuk hasil survey Lembaga Survey Indonesia (LSI), setelah debat pertama, elektabilitas Jokowi-JK mencapai  46,5 persen dan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebesar 36,9 persen.
Dari jumlah audiens, debat capres 2014 juga menyedot banyak orang untuk menyaksikannnya yakni sebesar 70% rakyat Indonesia. Fakta ini semakin membuat kita penasaran, seperti apa jalannya debat capres 2019. Debat kali ini juga  seru, karena mempertemukan kembali dua petarung lama, Jokowi dan Prabowo. Peforma mereka sangat dinanti malam ini.
Rivalitas keduanya selama masa kempanye yang penuh intrik, saling menyindir, balas membalas argumen sampai jual-jualan berita hoax, semuanya makin  membuat debat pertama ini seperti magnet.
Situasi tambah menarik, dengan keterlibatan masing-masing team kampanye dalam jumlah besar dengan melibatkan banyak tokoh penting. Di televisi, adu argumen sangat sering kita lihat selama kampanye. Pernyataan tokoh-tokoh seperti Adian Napitupulu, Budiman Sujatmiko di kubu Jokowi dan Fahri Hamzah, Andi Arief di pihak Prabowo sangat sering menjadi viral di media sosial.
Debat perdana ini juga menarik, karena mempertemukan dua muka baru di posisi wakil presiden, KH. Mar'uf Amin pasangan Jokowi dan Sandiaga Uno, pendamping Prabowo. Sisi menariknya terletak pada perbedaan latar belakang keduanya, Kiyai Mar'uf yang seorang ulama dan dan representasi kaum tua, head to head dengan Sandi yang mewakili kaum muda dan kalangan pengusaha.
Dari isi peluang "memenangkan" debat perdana ini, klaim juga digencarkan masing-masing team. TV One dalam acara pra debat sesaat sebelum puncak debat menghadirkan Adian Napitupulu dan Ferdinan Hutahaean, klaim memenangi debatpun dilontarkan keduanya. Ferdinan membeberkan rapor merah Jokowi dalam penyelesaian kasus HAM oleh Komnas HAM, sementara Adian di sisi lain mempertanyakan sepak terjang masa lalu Prabowo yang di non aktifkan dari dinas militernya.
Segmen pertama  debat perdana ini akan membahas soal Hukum, HAM, Korupsi dan Teriorisme. Pada tahap ini kedua pasangan capres akan memaparkan argumen mereka terkait isu-isu tersebut. Atas paparan mereka, kedua pasangan  akan mendapat pertanyaan dari para panelis.
Pada segmen lain, kedua pasangan akan saling memberi pertanyaan tertutup lalu  saling merespon. Segmen terakhir ditutup dengan closing statment, kedua pasangan capres memberikan pernyataan penutup atas keseluruhan materi debat.
Debat ini juga bergengsi dengan para panelis berkelas seperti ahli tata negara Bivitri Susanti, Prof. Bagir Manan-mantan Ketua MA, Agus Rhardjo-Ketua KPK, Prof.Hikmahanto Juwana-Guru Besar Hukum UI, Margarito Kamis-ahli tata negara, dan Ahmad Taufan Damanik-Ketua Komnas HAM.
Dari sisi persiapan, Jokowi sebagai petahana tampak tetap bekerja menjalani rutinitasnya. Di pihak lain Prabowo, seperti ingin melakukan warm up dengan pidato kebangsaannya pada Senin 14 Januari 2019 lalu.Â
Jika mencermati gaya berkomunikasi, kedua capres sungguh jauh berbeda. Gaya retorika yang tegas, didukung warna suara altonya menjadi ciri khas Prabowo. Konon banyak orang menyukai gaya ini. Sementara Jokowi sebaliknya, kalem, berirama dengan eksen suara khas Jawa, tetapi jangan lupa, beliau adalah incumbent yang rekor lima tahunnya penuh dengan kisah sukses.Â
 Artinya, debat pilpres 2019 kali ini, juga akan menjadi pertarungan seorang Jokowi yang sudah terbukti jam terbangnya dalam mengurus negara, melawan Prabowo dengan pengalaman militer ingin menjadikan Indonesia Raya damai sejahtra.Â
Kembali ke peluang kemenangan dalam debat perdana ini, menurut saya urgent. Kedua pasangan akan berusaha keras memberikan kesan pertama yang mengesankan. Bagaimanapun, meskipun pilpres 2019 sifatnya tarung ulang, tetapi greget keduanya tetapi ditunggu.Â
Mengapa kemenangan pada debat pertama ini penting? Ingat, debat kedua baru akan digelar sebulan kemudian. Dengan rentang waktu selama ini, maka kekalahan pada debat kali ini akan sulit direcovery sampai menunggu momentum debat kedua. Point-point inilah yang sangat diperhitungkan oleh masing-masing team kemenangan kedua pasangan.
Dengan sisa waktu yang mepet dengan hari pencoblosan pada bulan April, maka Debat merupakan momentum yang sangat berdampak besar pada pergerakan elektabilitas kedua pasangan.Â
Sebagai rakyat jelata, malam ini kita berharap medan debat bukan jadi arena sekedar saling menyerang antar pasangan. Lebih dari itu, debat malam ini harus menjadi lukisan awal bagi segenap rakyat Indonesia, untuk mengenal calon pemimpin lima tahun ke depan di Indonesia tercinta. Yakinkan kami dengan program-program kalian, tidak sekedar retorika. Kami tidak memilih pemimpin yang hebat bicara, tapi pemimpin giat yang bekerja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H