Dengan begitu, para pelaku usaha yang terlibat memiliki kesempatan membangun brand milik sendiri, dengan sektor pertanian sebagai basisnya.Â
Petani kreatif dibalik ide kebun jagung swalayan itu adalah Kamilus Tupen Jumat. Seorang mantan pekerja migran di Kota Kinabalu Sabah Malaysia pada rentang 1990-2001.
 Sebelum merantau ke Malaysia, Om Kamilus, panggilan akrabnya sempat menjadi guru SMP dan SMA di Witihama. Sepulang dari Malaysia, Ia memilih menjadi petani.Â
Selaku ketua Kelompok Tani Lewowerang (KTL), beliau tidak hanya menjadi rekan tetapi juga motivator bagi sesama anggotanya.Â
Di KTL inilah, Om Kamilus mengekspresikan gagasan-gagasan kewirausahaan sosial dan pertanian sebagai upaya mengatasi kemiskinan di kampung halamannya. Ia mengembangkan prinsip gemohing (gotong royong/kerja sama) bagi para anggota KTL, dengan brand ekonomi solidaritas.Â
Sebagai ketua kelompok tani, Om Kamilus sadar, ia harus menjadi model bagi para anggota. Dan karena itu, inovasi kebun jagung swalayan merupakan persembahan contoh modelling itu.Â
Kebun jagung swalayan itu untuk sementara dikembangkan dikebun miliknya sendiri di kawasan Bayolewun, sambil berupaya memperluasnya pada kebun-kebun milik petani yang lain di Honihama Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Flores Timur-NTT. Â
Semangat enterpreneur seperti inilah yang sedang dibutuhkan banyak anak muda, di tengah minimnya lapangan kerja di NTT.Â
Lahan kebun tersedia, ilmu bisa dipelajari, bibit gampang diperoleh, teknologi digital memberi kemudahan dalam pemasaran produk, yang berat biasanya niat dan kemauan untuk memulai usaha jenis ini. Itulah kelemahan umum yang justru menenggelamkan kita di dasar kemiskinan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H