Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sirih Pinang, Buah Perekat Relasi Sosial Orang Timor Barat

3 Januari 2019   17:36 Diperbarui: 3 Januari 2019   21:55 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:Fransiscoweriditi.blogspot.com

Pulau Timor semasa penjajahan terbelah menjadi dua bagian utama, yaitu Timor Timur dan Timor Barat. Bagian Timur mencakup wilayah yang kini menjadi Negara Republik Demokratik Timor Leste. Sewaktu menjadi bagian dari Indonesia, namanya Timor Timur. Ini adalah wilayah kolonialisme Portugis. 

Di sisi lain, Timor bagian Barat adalah wilayah bekas pendudukan Belanda. Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan satu dari enam Kabupaten yang ada di wilayah Timor Barat. Lima daerah otonom lainnya adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Belu dan Malaka. 

Sebagai seorang Flores, ini adalah tahun ke 11 saya tinggal dan bekerja di TTS. Waktu yang cukup untuk mengenal masyarakat, tradisi dan alam TTS serta Timor Barat secara umum.

Foto:Fransiscoweriditi.blogspot.com
Foto:Fransiscoweriditi.blogspot.com
Pusat pemerintahan Kabupaten TTS ada di Kota Soe. Berada di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, Soe oleh banyak orang dijuluki kota dingin. Dengan udara yang sejuk, dulu, Soe adalah penghasil Apel terkenal di NTT. Kini, apel Soe tinggal nama, yang tersisa hanyalah jeruk Keprok Soe dan Alpukat.

Mayoritas etnis di TTS dan Timor Barat pada umumnya disebut suku Dawan. Bahasa yang dipakai masyarakat sehari-hari adalah Bahasa Dawan dan Melayu Kupang. Etnis Dawan yang juga populer dengan sebutan Atoin Meto sangat tipikal.

Dua ciri khas utama yang mudah dikenali dari masyarakat Dawan, dalam interaksi sosial adalah kebiasaan mengenakan kain tenun daerah berupa selempang atau selimut, serta tradisi mengunyah campuran buah Pinang (Areca Catechu), buah/daun Sirih (Piper Betle) dan bubuk kapur. 

Tradisi makan sirih pinang saat membangun rumah baru. Foto:infontt.com
Tradisi makan sirih pinang saat membangun rumah baru. Foto:infontt.com
Dalam bahasa Dawan, buah/daun sirih disebut (Manus), pinang (Puah) dan kapur (Aoh). Kebiasaan makan sirih pinang dinamakan Mamat. Pinang bisa dimakan buah mudanya, juga irisan buah yang dikeringkan. Campurannya bisa buah sirih, atau daun segarnya. 

Tempat untuk menyimpan dan menyajikan cemilan ini namanya Oko Mamat, umumnyanya terbuat dari anyaman daun lontar yang diberi pewarna. Di dalam Oko Mamat, ada juga Kalat, tempat mengisi bubuk kapur. Kalat biasanya terbuat dari potongan bambu seukuran 1 dim, panjangnya sekitar 20 cm. 

Di TTS, anak-anak, remaja, orang tua, laki-laki, perempuan, semuanya makan sirih pinang, sangat masif. Untuk keperluan saat mobilitas, setiap orang memiliki alu mama, tas kecil yang digantung di badan saat bepergian.

Selain untuk konsumsi sendiri, Oko Mamat portabel ini berguna ketika si pemilik berpapasan dengan kenalan, sanak keluarga di jalan, maka sambutan paling pertama adalah saling berbagi dan bertukaran sirih pinang, kemudian memakannya bersama.

Jika ada pihak yang kekurangan salah satu bahan, sirih, pinang atau kapur, maka akan dilengkapi dengan kepunyaan pihak lain saat pertemuan itu. Seketika, bibir mereka berubah merah merekah. Campuran sirih, pinang dan kapur setelah dikunyah memang menghasilkan residu berwarna merah pekat. 

Foto:suratuntukfrodo.blogspot.com
Foto:suratuntukfrodo.blogspot.com
Bagi saya pemandangan seperti itu menarik, dari kajian social relationship, ada value besar di situ. Praktek take and give yang tulus, tumbuh subur di kalangan akar rumput. Nilai saling memberi dan menerima dalam konteks ini mendapat kredit besar di tengah mencoloknya paham individualisme masyarakat modern. Bentuk kearifan lokal seperti ini merupakan modal sosial, perekat relasi warga, dengan puah manus/sirih pinang sebagai instrumen penting di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun