Mohon tunggu...
Akbar Rahmada Maulana
Akbar Rahmada Maulana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am a student, focus on politic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Negaraku Melarang Beribadah

31 Januari 2014   20:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2013/11/seorang-perempuan-membaca-kitab-suci-alquran-usai-melaksanakan-ibadah-_120723160430-160-640x360.jpg

(Ilustrasi gambar diambil dari www.republika.co.id).

-

Satire

-

Salahkah jika manusia menghadap Tuhan

Meraih puncak kemuliaan

Agar tidak disebut makhluk murahan

Dengan meninggalkan semua kesalahan

-

Aku percaya padamu

Namun pelacur atas nama agama melarang saudaraku

Terbang menyebarkan serbuk menambah malu

Mereka merubah bisa mematikan menjadi madu

-

Kemurnian saudaraku menghadap Sang Pencipta

Dirusak oleh sorban tak paham tentang agama

Jika ditanya apa penyebabnya, dia hanya malu merah merona

Badan tak berguna selalu menjadi buaya

-

Marah tak terkendalikan layaknya babi yang mengamuk

Mereka bilang tuhan cinta damai

Rumah Pengendali Alam tidak pernah batuk

Melindungi umat kesepian dalam gempita ramai

-

Rumah sang Pencipta dirantai

Memaksa saudara kami berada diluar

Merintih diatas duri kesedihan abadi

Semoga Sang Pemberi Peringatan segera membayar

Orang yang merusak nilai agama dan telah menciderai

-

Batu nisan sudah lama bunting

Dalam rayuan pembangkang sinting

Suasana terus menerus genting

Mayoritas dianggap penting

-

Tuhan menyuruh beribadah, manusia melarangnya

Perasaan saudara selalu diselimuti rasa merana

Sedih mendengarkan teriakan pena

Tidak dianggap oleh pemimpin fana

-

Negaraku dikenal pemilik pancasila

Tetapi sudah sering tidak dilaksanakan

Karena bukan untuk menyelesaikan semua bala

Melainkan kelu dengan nada tangga pintaan

-

Rumah Tuhan dibakar

Saudara kami dilarang beribadah

Pemimpin tidak menyelesaikan namun seperti saudagar

Tidak pernah mau mengalah

Mencari untung pecahan tembikar

-

Siapa yang seharusnya disalahkan

Negaraku atau agama cetakan

Pedoman hidup sudah mulai dilupakan

Ingatlah para pemakai sorban

Pemberi Rahmat dan Ridho mengajarkan

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun