Mohon tunggu...
Mad Solihin
Mad Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa -

IYD Camp 2015 II Blogger II PC IPNU Banjarnegara II Love read and write II Dreamer II madsolihin.com II

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selalu Ada Jalan untuk Menggapai Mimpi

13 September 2016   00:17 Diperbarui: 13 September 2016   00:24 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Bagaimana tidak sedih. Kakak tidak merasakannya si,” kata Rizka menimpali kakaknya yang mencoba manasehatinya agar tidak bersedih.

Kesedihan itu berasal dari tidak lulusnya sewaktu mendaftar kuliah melalui jalur SPAN-PTKIN lantaran nilainya yang tidak memenuhi standar. Atau kalau pun memenuhi, ia juga harus bersaing dengan ratusan pendaftar lain dari berbagai sekolah yang tak kalah bagusnya. Keharusan jurusan terakreditasi A juga menjadi semacam pukulan telak yang tak mungkin bisa ditangkis. Pasalnya jurusan RPL nya dulu sewaktu di SMK baru terakreditasi B. Pupus sudah harapan untuk lulus seleksi.

Keceriaannya pun tetiba hilang berganti dengan kesedihan. Semangatnya langsung down. Sikapnya pun menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Meskipun ia tahu bahwa masih ada kesempatan lain yang bisa dicoba tetapi tetap saja pengumuman yang bertuliskan “Mohon Maaf Anda TIDAK LULUS” belum bisa terobati.

Rasanya sakit apalagi mengingat waktu menunggu pengumuman begitu lama. Pengumuman yang benar-benar menampar dirinya. Membuat hari-harinya serasa mendung seolah matahari berhenti bersinar. Beruntung karena banyak orang terdekatnya yang begitu peduli dengannya. Mamanya yang ditakutkan akan marah mengetahui hasilnya bahkan memberikan semangat dan menyuruh untuk mengikuti pendaftaran lewat jalur yang lain. Nada bicaranya pun dibuat hati-hati karena takut putri keduanya tambah down. Mengetahui hal itu, ada kelegaan tersendiri setidaknya mamanya tidak menyalahkannya.

Bapak, sosok lelaki yang sangat dihormati dan disegani. Sosok yang menjadi tumpuan semangat bahkan selalu dirindukan yang saat itu berada disisinya tak henti-hentinya memberikan support. Ia menyadari bahwa yang dibutuhkan anaknya saat ini adalah dukungan moril. Ia yang begitu paham dengan karakter putrinya hanya berpesan untuk selalu semangat, bahwa masih ada jalur UM-PTKIN dan Mandiri yang bisa dicoba.

Jalur pendaftaran melalui UM-PTKIN akhirnya dibuka juga. Ini adalah pilihan kedua setelah jalur SPAN-PTKIN tidak lolos. Rizka yang sedari kemarin menunggu kini telah bersiap untuk mencoba peruntungan di kesempatan kedua ini. Hanya saja jurusan yang dipilih berbeda. Jika pada jalur SPAN-PTKIN ia mengambil Fakultas Tarbiyah, di jalur UM-PTKIN ia mengambil Fakultas Dakwah Prodi Bimbingan Konseling Islam. Ia tertarik karena di BKI ada pendidikan psikolog, sesuatu yang ia cita-citakan sejak lama.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mengajak temannya untuk menemani mendaftar online ke warnet terdekat. Data diri, data pondok, data orang tua, jurusan yang dipilih dan upload foto buat profil, ia isi lewat internet. Dari pendaftaran online tersebut ia mendapatkan nomor sebagai password yang nantinya digunakan untuk registrasi lewat Bank BNI.

Pada hari yang lain ia mengajak temannya lagi untuk menemani pergi ke Bank BNI. Melakukan registrasi sebagai persyaratan untuk mendapatkan username dan password. Username dan password inilah yang nantinya digunakan untuk login ke web UM-PTKIN dan melihat info serta pengumuman yang berkaitan dengan proses pendaftaran. Dengan menyebutkan nomor yang ia dapatkan dari internet sewaktu mengisi pendaftaran online dan membayarkan uang sebesar Rp. 150.000,- petugas bank memberikan slip berupa bukti pembayaran yang didalamnya terdapat username dan password.

“Alhamdulillah, satu langkah telah terlampaui,” katanya dalam hati mensyukuri satu usahanya yang berhasil.

Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Begitulah kira-kira apa yang Rizka alami saat mencoba mendaftar lagi lewat jalur UM-PTKIN. Seolah alam pun mengamini apa yang menjadi keinginannya. Terbukti ada teman yang menawarkan soal-soal untuk dipelajari buat persiapan tes UM-PTKIN. Namanya Istinganah, teman yang ia kenal lewat organisasi IPNU. Kebetulan adiknya dulu pernah mendaftar hanya saja belum berhasil. Soal-soal itulah yang dipinjamkan kepada Rizka.

Tak cukup hanya itu, tempat menginap saat tes berlangsung juga telah Allah siapkan. Melalui perantara Istinganah, ia dikenalkan dengan Fajri yang berada di pondok Darul Abror. Kebetulan pondoknya  terletak tidak jauh dari kampus. Di situlah Rizka menginap, karena tidak mungkin ia laju dari rumah. Dalam hatinya, ia tak henti-hentinya mengucap rasa syukur kepada Allah Swt. Kasih sayang-Nya benar-benar ia rasakan. Ia pun semakin yakin bahwa Allah selalu memberikan jalan kepada hamba-Nya yang mau berusaha.

Proses ujian telah ia lalui dengan lancar. Soal-soal pinjaman yang ia pelajari pun banyak yang keluar membuatnya merasa lebih tenang karena jawabannya banyak yang mantep. Hanya beberapa soal matematika dan bahasa arab saja yang agak sulit. Tetapi itu tidak membuatnya resah karena prosentasinya tidak terlalu banyak. Kini ia hanya bisa berdoa dan bertawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Apapun yang terjadi nanti setidaknya ia telah berusaha maksimal. Ia pun meyakini bahwa keputusan Allah adalah keputusan terbaik.

Pasca tes UM-PTKIN ia menjalani rutinitas seperti biasa. Hari-harinya pun mulai ceria lagi dan tidak sesensitif dulu. Kesibukannya di organisasi cukup menghibur, setidaknya ia tidak merasa bosan karena harus di rumah terus. Tanpa terasa satu bulan pun berlalu. Hari yang ditunggu pun telah tiba, hari dimana pengumuman hasil seleksi UM-PTKIN akan diumumkan.

“Gimana dek pengumumannya?” Tanya kakaknya lewat sms.

“Belum bisa diakses kak. Mungkin karena banyak yang buka jadi servernya eror kaya pas dulu SPAN-PTKIN,” jawab Rizka memberitahu.

Rasa was-was dan takut kini menyelimuti hatinya. Hasil ujian SPAN-PTKIN dua bulan yang lalu masih menyisakan rasa trauma. Ada perasaan takut jika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Kakaknya juga lebih memilih untuk tidak meminta username dan password untuk melihat hasil pengumuman seperti dulu. Karena jika ia tahu lebih dulu, ia bingung bagaimana cara menyampaikannya sehingga ia lebih memilih untuk menunggu kabar dari adiknya saja.

“Alhamdulillah lulus kak, terima kasih ya atas supportnya selama ini,” pesan yang Rizka kirimkan kepada kakaknya.

Seusai membaca pesan yang masuk, kakaknya langsung menelfon memastikan kebenaran sms yang ia terima. Dari seberang sana langsung terdengar suara riang, suara khas adiknya yang tanpa  bertanya ia sudah tahu bahwa sms yang dikirimkan kepadanya benar. Alhamdulillah, hatinya ikut lega mendengar apa yang dikatakan adiknya. Kekhawatirannya pun tetiba hilang. Untuk memastikan kabar gembira tersebut ia pun meminta password untuk melihat sendiri hasilnya yang ternyata hanya dengan memasukan no tes.

Tak menunggu lama, setelah mendapat no tes tersebut kakaknya langsung membuka website UM-PTKIN lewat hp androidnya. Usai menuliskan no tes dan kode keamanan berupa kode captcha dan mengklik tulisan “CEK KELULUSAN” maka langsung muncul pengumuman hasil seleksi UM-PTKIN 2016 yang benar-benar melegakan hati. Laiknya tanah gersang dimusim kemarau yang diguyur hujan.

“SELAMAT, PESERTA ATAS NAMA RIZKA WAHYU AKBAR DENGAN NOMOR TES 16427201018 DINYATAKAN DITERIMA PADA PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM– IAIN PURWOKERTO”

Syukurlah, akhirnya perjuangan selama ini tidak sia-sia. “Selamat ya dek, semoga Allah selalu memudahkan jalanmu. Sekarang percaya kan kalau selalu ada jalan dalam setiap kemauan?”katanya meledek.

Pringamba-Banjarnegara, 12 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun