Pembangunan infrastrktur seperti jalan, pelabuhan, bandara dan termasuk juga waduk adalah bukti nyata kinerja pemerintah. Yang tidak membangun namanya adalah oposisi. Eh, tidak juga. Mereka itu membangun, kok. Lebih tepatnya membangun nyiyir. Kinerja pemerintah adalah perwujudan dari slogan-slogan yang diciptakannya selama ini. Tahun 2015 slogan pemerintah adalah "ayo kerja", 2016 "kerja nyata", 2017 "kerja bersama" dan tahun ini slogannya dipanjangkan dan menjadi semacam konfirmasi dari slogan pada tahun-tahun sebelumnya, "kerja kita prestasi bangsa".
Berpindahya masyarakat dari lahannya karena tempatnya akan digenangi air waduk pembangunan adalah wujud "kerja kita" yang sekaligus merupakan "prestasi bangsa". Sebagai sebuah prestasi, tidak ada salahnya kalau masyarakat pendukung memberikan piagam. Penghargaan ini adalah bentuk penghormatan atas kerja kerja kerja pemerintah.
Apa yang dilakukan pemerintah adalah penegasan bahwa bangsa ini kurang membutuhkan negarawan atau pemikir. Negara terlampau suci untuk para negarawan dan terlalu luas untuk otak para pemikir. Masa para pemikir sudah berlalu ketika Soekarno cs mendeklarasikan Indonesia. Negara tidak memerlukan bunyi petuah Piliang (2003) yang menyatakan bahwa dalam menghadapi era globalisasi Indonesia membutuhkan politikus pemikir dan perenung bukan politikus tukang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H