Mohon tunggu...
achmad
achmad Mohon Tunggu... Penegak Hukum - aparatur

berusaha menjadi orang baik meski orang lain menilai tidak baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jelajah Lorong Kepemimpinan

18 September 2024   06:54 Diperbarui: 18 September 2024   07:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dokumentasi pribadi/Achmad

                                                                              

Pada hari Rabu pagi tanggal 11 September 2024, puluhan orang peserta didik Sekolah Pengembangan Profesi Kepolisian (SPPK) Sespim Lemdiklat Polri Angkatan I Tahun Ajaran 2024 melaksanakan tradisi orientasi kepemimpinan. Kegiatan diawali dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh Kasespim Lemdiklat Polri, Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si. dihadiri para pejabat utama Sespim Polri. Kegiatan dilaksanakan di Kawasan Cikole-Jayagiri, Kec. Lembang, Kab Bandung Barat, Prov. Jawa Barat.

Dalam amanatnya, Kasespim Polri banyak menyampaikan pesan-pesan moral, diantaranya bahwa sebagai seorang pemimpin harus mencintai alam atau lingkungan sekitar, sebagai pemimpin harus mampu menyeimbangkan antara kekuatan otot dan otak sehingga dapat menjadi pemimpin yang bijak. Belajar menjaga kekompakan agar misi yang diemban dapat tercapai.

Foto : dokumentasi Sespim Polri
Foto : dokumentasi Sespim Polri

Peserta didik sebanyak 52 orang dibagi menjadi 7 Kelompok Belajar (Pokjar), masing-masing Pokjar berjumlah 7 dan atau 8 orang. Meski cuaca kurang bersahabat tapi kegiatan tetap dilaksanakan, meski terpaan air hujan turut membasahi jas hujan yang melindungi diri tidak menyurutkan langkah kaki serdik. Walaupun ada rintangan tapi perintah harus tetap dilaksanakan, hal ini sebagai pengingat diri bahwa dalam melaksanakan tugasnya nanti apabila menemui hambatan atau kendala tetap harus melaksanakan perintah dengan penuh semangat, diimbangi dengan perhitungan yang matang. Serdik dituntut mampu mengendalikan emosi, menjaga kesabaran agar sampai di tempat tujuan dengan lancar.

Masing-masing Pokjar berjalan bergantian, diatur secara bergiliran dengan didampingi dua orang Perwira Penuntun (Patun) untuk tiap Pokjar. Bapak  Brigjen Pol  BAMBANG SENTOT  WIDODO, S.St.M.K. selaku Kasespimmen Sespim Lemdiklat  Polri dan  Kombes Pol SUHERU, S.I.K., selaku Kakorsis Sespimmen melakukan pengawasan secara langsung mendampingi serdik SPPK. Pergerakan dari satu titik ke titik lain dilakukan secara berkelompok sesuai Pokjar masing-masing. Antar Pokjar dilarang saling mendahului, yang merasa lebih kuat agar menunggu rekan lainnya, tetap sesuai dengan urutan masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan tugas nanti senantiasa memperhatikan target atau jadwal waktu yang telah ditentukan oleh atasan.

Foto : dokumentasi pribadi/Achmad
Foto : dokumentasi pribadi/Achmad

Pada awal perjalanan, Serdik meniti perjalanan melalui Lorong yang gelap, Lorong yang licin karena berlumut, menemui jalan yang menanjak, menikung, turunan tajam, berlumpur, penuh kerikil dan batu. Namun hambatan  itu tidak menghalangi langkah untuk menuju tempat yang dituju. Dalam mencapai sasaran organisasi diperlukan perjuangan karena tanpa perjuangan maka akan sulit mencapai tujuan, Selain itu dibutuhkan pengorbanan baik fisik dan mental dalam menggapai tujuan tersebut.

Foto:
Foto:
dokumentasi pribadi/Achmad

                                                       
Di tengah perjalanan sesekali menemui dua persimpangan, yaitu arah jalan yang dianjurkan sesuai tanda panah dan arah yang dilarang dilewati. Demikian juga dalam melaksanakan tugas, perlunya tetap patuh pada aturan mana yang boleh dilewati dan mana yang tidak boleh dilewati. Adakalanya dalam perjalanan kita menemui 2 jalur yang berbeda dan tidak ada rambu atau penunjuk jalan, meski tujuannya sama sehingga menimbulkan dilema. Jika memilih jalur kiri kondisi jalan naik terjal, berbatu, licin sementara ada jalan lain yang ke arah kanan dengan kontur jalan datar, relatif rata namun arahnya seperti melambung yang jaraknya lebih jauh dari pada jalur kiri. Demikian juga dalam pelaksanaan tugas, kadangkala dihadapkan pada dua pilihan yang menimbulkan kebimbangan, maka dengan perhitungan yang tepat, perkiraan keadaan yang menyakinkan, maka seorang pemimpin harus membuat keputusan (make decision) dengan mempertimbangkan sisi positif dan sisi negatifnya.  Akan ada konsekwensi pada setiap keputusan yang dipilihnya.

Peserta yang mengikuti kegiatan orientasi kepemimpinan ini berasal dari berbagai macam latar belakang. Adanya perbedaan pangkat dan jabatan yang sebelumnya diemban, untuk sementara dilupakan dan menyatakan kedudukan yang .sederajat sebagai peserta didik SPPK. Untuk saat ini sifat egaliter yang dikedepankan, ini mengajarkan untuk bersikap rendah hati, saling menghargai antara satu dengan yang lainnya, tidak merasa paling hebat dari lainnya. Dengan adanya penyamaan persepsi kedudukan yang sederajat maka sikap egois akan terkikis demi tercapainya tujuan bersama. Hal ini juga dapat menimbulkan kesadaran diri bahwa pangkat dan jabatan yang selama ini dipegang, suatu saat akan hilang. Jabatan dan kedudukan sifatnya tidak kekal di dunia ini.

Foto : dokumentasi pribadi/Achmad
Foto : dokumentasi pribadi/Achmad
Perjalanan menerobos Lorong Kepemimpinan ditempuh dengan cara berjalan kaki, dengan jarak tempuh sekitar 6,5 km dalam waktu kurang dari 3 jam, rute dimulai dari Kawasan Cikole-Jayagiri menuju Tugu Sespim atau Monumen Garuda Fight 30 yang berada di puncak bukit. Sesampai di posisi puncak bukit itu memungkinkan bisa melihat pemandangan indah dari ketinggian yang menghijau, dapat menikmati panorama wisata Lembang dari kejauhan. Pada tugu monumen itu tertulis: GEGAR SAYAPKU HANTARKAN ASA, KOKOH CAKARKU SULUH BERILMU, BEKAL TEKADKU KUAT DAN MAJULAH INDONESIAKU.

dokumentasi pribadi/Achmad
dokumentasi pribadi/Achmad

Makna dari kegiatan melewati Lorong Kepemimpinan, diantaranya:

Dengan berjalan melalui lorong ini, seorang pemimpin bisa dimaknai sebagai pertanda bahwa seseorang akan menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari di dunia nyata. Tantangan itu mungkin bisa berkaitan dengan karir, keluarga atau hal lain yang memiliki dampak besar dalam hidup selama mendapat amanah sebagai seorang pemimpin. Untuk itu diperlukan persiapan mental dan mampu menghadapi tantangan tersebut.

Berjalan di lorong ini, akan menjadi pengingat bagi seorang pemimpin untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan atau pada saat melakukan tindakan. Hal ini  mengingatkan pada kita agar jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan dan memastikan keputusan itu sudah dipahami akan dampak atau konsekwensinya.

Sebagai seorang pemimpin harus berhati-hati dalam mengambil keputusan atau tindakan, karena akan dapat berdampak besar bila salah bertindak. Seyogyanya seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat, bijak dan tepat berdasarkan analisis yang matang. Keputusan yang baik harus memperhitungkan dampaknya, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang bagi organisasi dan tim.

Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita sekalian dalam mengemban tugas sebagai seorang pemimpin dimanapun bertugas.

Penulis,

ACHMAD*)

*Peserta didik Sekolah Pengembangan Profesi Kepolisian (SPPK) Angkatan 1 TA. 2024 Pokjar 3, No. Serdik 202409002001

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun