[caption id="attachment_238434" align="aligncenter" width="440" caption="Mekanisme pembentukan protein stres Hsp 70 (physiologyonline.physiology.org)"][/caption]
Penyakit kanker merupakan salah satu pembunuh utama selain penyakit jantung koroner. Ketika dokter menyampaikan informasi kepada pasien bahwa dia menderita penyakit itu―kedengarannya seperti hakim yang membacakan vonis hukuman mati. Seringkali dokter mendapati sel kanker mengendap di tubuh pasien setelah sel-sel itu memasuki stadium tiga atau empat. Inilah yang menjadi faktor kegagalan dalam penanganan penyakit kanker. Deteksi dini penyakit ini sangat sulit dilakukan.
Peran protein dalam sistem kekebalan tubuh.
Protein adalah senyawa organik yang tersusun dari rangkaian asam amino, dan berperan penting dalam struktur dan fungsi sel makhluk hidup maupun virus. Sebagian besar protein merupakan enzim, biokatalisator. Selain sebagai salah satu sumber gizi, protein memiliki peran penting dalam membangun sistem kekebalan tubuh (antibodi). Dan merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup.
Pembentukan protein secara alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih setengah jadi, hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.
Sebenarnya, jumlah protein yang aktif hanya sekitar 20% dari keseluruhan jenis protein yang bisa dihasilkan dalam tubuh. Sebagian besar protein justru berada dalam kondisi inaktif, yang hanya diproduksi pada kondisi tertentu sebagai respon atas perubahan lingkungannya.
Protein stres atau heat shock proteins (Hsp)
Ketika sebuah ‘benda asing’ atau antigen masuk ke dalam tubuh, maka dalam mekanisme kekebalan alami, tubuh akan membentuk sebuah ‘antibodi’. Selain masuknya sebuah ‘benda asing’ mekanisme pertahanan tubuh juga sebagai bentuk adaptasi saat tubuh berada dalam kondisi stres (stres panas atau stres dingin, misalnya). Protein yang diproduksi tubuh ketika mengalami stres disebut dengan Heat shock proteins (Hsp). Mekanisme pembentukan HSP ini ditemukan di hampir semua organisme hidup, mulai dari bakteri hingga manusia. Penamaan protein yang tergabung dalam HSP mengacu pada berat molekul protein itu. Misalnya, Hsp 60 , Hsp 70 dan Hsp 90 mengacu pada keluarga protein HSP pada urutan berat 60, 70, dan 90 dalam ukuran kiloDaltons.
HSP yang terbentuk akibat kondisi stres, memiliki jenis yang spesifik, yang bergantung pada faktor stres terinduksi ke dalam tubuh. Prof. Sutiman B. Sumitro, ahli Biologi Molekuler dari Universitas Brawijaya, pernah menginduksikan benzalpiren, senyawa pemicu penyakit kanker, ke dalam tubuh mencit. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit kanker, khususnya pada pembentukan protein stres (Hsp).
Dr. Ciocca dan Calderwood SK dari Oncology Laboratory, Institute of Experimental Medicine and Biology of Cuyo (CRICYT-CONICET), Mendoza, Argentina (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16038406) menemukan fakta bahwa beberapa Hsp terlibat dengan prognosis kanker tertentu, terutama Hsp 27, yang ekspresinya dikaitkan dengan prognosis buruk pada lambung, hati, dan karsinoma prostat, dan osteosarcomas. Sedangkan Hsp 70 berkorelasi dengan prognosis buruk pada payudara, endometrium, rahim serviks, dan karsinoma kandung kemih.
Respon tubuh berupa pembentukan protein stres (Hsp) atas agen pemicu kanker adalah respon pertama pada tingkat seluler. Kini dunia kesehatan sedang menunggu pemanfaatan hasil penelitian tersebut untuk mendeteksi kemunculan sel kanker pada stadium paling dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H