Mohon tunggu...
Machmudan Lubis
Machmudan Lubis Mohon Tunggu... -

Semangat belajar yang membara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jerit Petani

20 Januari 2014   20:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="240" caption="(ilustrasi : tarafaza.wordpress.com"][/caption]

Jerit melambung

Penuh makna tak terdengar

Penuh harapan tak usai

Penuh untaian tak terangkai

Melangkah tanpa lintasan

Terdiam bak karang

Balikkan! Balikkan!

Ladang mungil itu tak kuasa berbisik

Terpaku, menunggu Juragan baru

Jiwa berbisik tak rela

Senyum geli di raut Sang Juragan

Balikkan! Balikkan!

Perut kami diisi apa nantinya?

Anak kami menjerit tak berdaya

Balikkan! Balikkan!

Juragan sudah begitu kenyang

“Petak ini untuk kami”, mata belinang minta kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun