Mohon tunggu...
Machfut Huda
Machfut Huda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Katolik Santa Maria Tulungagung

"Pendidikan adalah proses membentuk kepribadian, bukan sekedar mengisi kepala." - Hamka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Kasus Modul 3 PPGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

4 Mei 2023   07:54 Diperbarui: 4 Mei 2023   09:43 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel berikut merupakan dokumentasi pengerjaan salah satu tugas saya saat mempelajari modul 3.2 Pemimpin dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan VII Kabupaten Tulungagung.

Studi Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. "Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal." Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.

Pertanyaan Kasus 1:

Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban Kasus 1:

Saya melihat kasus yang dialami Ibu Lilin ini menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan kelas yang heterogen, yang mungkin tidak pernah dialami sebelumnya. Ibu Lilin juga mengalami tekanan dan stres karena situasi yang tidak terkendali. Selain itu, kasus ini juga menunjukkan adanya masalah dalam pembinaan moral dan karakter siswa, terutama terkait dengan etika dan tata krama dalam berkomunikasi.

Sebagai Kepala Sekolah, langkah pertama yang akan saya lakukan adalah melakukan pertemuan dengan Ibu Lilin untuk membahas masalah ini. Sebagai Kepala Sekolah, saya harus memberikan dukungan moral dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi Ibu Lilin. Pada saat yang sama, sebagai Kepala Sekolah, saya juga perlu memberikan pelatihan dan bimbingan tentang pengelolaan kelas yang efektif dan efisien, terutama dalam menghadapi kelas heterogen. Pelatihan juga harus diberikan tentang cara mengelola stres dan tekanan dalam mengajar.

Selain itu, sebagai Kepala Sekolah, saya perlu mengadakan kegiatan pembinaan moral dan karakter siswa secara rutin dan terstruktur, seperti pelatihan etika dan tata krama berkomunikasi yang baik dan sopan. Ini dapat membantu mencegah terjadinya tindakan bullying atau penghinaan terhadap guru atau siswa lainnya.

Dalam hal ini, sebagai Kepala Sekolah, saya juga perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk membahas masalah ini dan memberikan pemahaman tentang pentingnya kerjasama antara orang tua, siswa, dan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Selain itu, saya akan mengadakan forum diskusi atau kelompok kerja untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang efektif dan efisien.

Terakhir, sebagai Kepala Sekolah, saya juga harus memastikan bahwa sekolah tidak hanya berfokus pada peringkat dan prestasi akademis saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain yang tidak kalah penting seperti pembinaan moral dan karakter siswa serta pengembangan kreativitas dan bakat siswa. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan positif bagi siswa dan guru.

B. Kasus 2:

Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Pertanyaan Studi Kasus 2:

Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban Studi Kasus 2:

Dari kasus yang disampaikan, terlihat bahwa Pak Pupur merasa sedih direkomendasikan oleh Kepala Sekolah untuk mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. Sikap ini mungkin disebabkan oleh beberapa alasan, misalnya karena Pak Pupur merasa nyaman menjadi guru dan menyukai interaksi dengan murid-muridnya, atau karena Pak Pupur tidak ingin meninggalkan tugas utamanya sebagai guru yang dianggapnya lebih penting.

Sebagai Kepala Sekolah, saya akan mempertimbangkan ulang rekomendasi tersebut dan mendiskusikannya secara terbuka dengan Pak Pupur. Saya akan mencoba memahami alasan Pak Pupur merasa tidak nyaman dengan rekomendasi tersebut dan membantunya memutuskan apakah dia benar-benar ingin mengikuti seleksi calon pengawas sekolah atau tidak.

Namun, jika Pak Pupur memang ingin mengikuti seleksi tersebut, saya akan memberikan dukungan penuh dan memastikan bahwa dia mendapatkan persiapan yang cukup untuk menghadapi seleksi tersebut. Saya juga akan berkomunikasi dengan dewan guru untuk memastikan bahwa mereka dapat mengatasi kekosongan yang mungkin terjadi di antara para siswa saat Pak Pupur mengikuti seleksi. Selain itu, saya akan memastikan bahwa proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik selama Pak Pupur tidak ada di sekolah.

Saya percaya bahwa sebagai Kepala Sekolah, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan setiap guru dan membantunya dalam mencapai tujuannya. Saya juga percaya bahwa keberhasilan sekolah tidak hanya bergantung pada kinerja guru, tetapi juga pada dukungan dan kerjasama yang ada di antara seluruh komunitas sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun