Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Manusia Berevolusi atau "Devolusi"

23 Maret 2018   06:00 Diperbarui: 23 Maret 2018   08:45 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah artikel Pseudoscienceatau sebut saja karangan science fiction. Jangan sekali-kali kutip dari artikel ini untuk skripsi atau pidato politik. Anda sudah diperingatkan, resiko ditanggung sendiri.

Saya percaya pembaca yang pernah mengecap bangku sekolah sudah tidak asing lagi dengan istilah evolusi. Perkara percaya atau tidak semata-mata masalah iman dan tidak akan saya bahas dalam artikel ini. Tetapi apakah anda pernah dengan istilah devolusi?

Secara sederhana devolusi adalah kebalikan dari evolusi. Namun jika anda berpikir devolusi manusia kembali jadi primata seperti nenek moyangnya tentu tidak sesederhana itu. Istilah devolusi dalam perpektif ilmu biologi sesungguhnya tidak ada. Setidaknya ada dua kesalahpahaman umum yang menyebabkan ini:

  • Penilaian yang antroposentris. Ketika kita menilai organisme lain dengan membandingkan dengan manusia misalnya kaki lebih baik daripada cakar atau paru-paru lebih baik dari pada insang, maka kita sudah jatuh dalam fallacyyang pertama. JIka manusaia menganggap paru-paru lebih baik dari insang itu karena manusia hidup di darat. Jika anda jatuh ke laut dari kapal di tengah samudra dan tidak ada yang menolong maka mungkin anda berharap punya insang daripada paru-paru. 
  • Evolusi itu satu arah, yaitu perubahan dari sesuatu yang sederhana menjadi lebih kompleks. Kenyataannya adalah dari komplek ke sederhana juga bagian dari evolusi. Contohnya adalah jumlah tulang rahang berubah dari kompleks (lebih banyak tulang) pada ikan ke sederhana (lebih sedikit tulang) pada mamalia. Evolusi bukanlah akumulasi dari fitur-fitur yang semakin komplek tetapi juga kehilangan dari fitur-fitur yang tidak lagi dibutuhkan. Contoh lain misalnya ekor, pada manusia tinggal sisa tulang ekor tanpa ada ekor sama sekali. Itu juga bagian dari evolusi dan bukan devolusi.

Baik evolusi maupun "devolusi" (dalam hal ini saya tetap memakai istilah devolusi walaupun sudah saya jelaskan diatas bahwa itu sebenarnya tidak ada untuk mendukung argumentasi saya) masih menjadi kontrovelsial karena masih banyak missing linkyang belum terjawab. Belum lagi hal sederhana seperti pertanyaan mengapa nenek moyang manusia akhirnya berjalan di atas dua kaki dan bukan empat seperti saudaranya gorila saja menhasilkan jawaban yang berbeda-beda dari para pakar. Ada yang mengatakan karena perubahan iklim, ada yang mengatakan perubahan geography. Semua teori itu tentu tidak asal jeplak yang diambil dari karangan novel, tetapi hasil pengamatan fosil-fosil awal zaman nenek moyang kita. Dan semua teori itu belum tentu benar. Setiap penemuan fosil terbaru bisa memperkuat teori yang sudah ada atau justru memicu teori baru. 

Namun baru-baru ini sebuah berita di detik.com ini mungkin bisa menjadi teori baru.

Sumber: detik.com
Sumber: detik.com
Nah, ternyata sang gorilla berjalan di atas kedua kakinya semata-mata ingin menghindari tanganya dari lumpur becek.  Siapa tau nenek moyang manusia modern sekian puluh ribu tahun lalu tiba-tiba berpikir sama dengan gorila ini dan hoopla jadilah ia berjalan tegak.

Lalu bagaimana dengan "devolusi"tadi. Apakah ada juga di detik.com. Oh tentu ada, mahabenar mbah google dengan segala hasil search-nya. Berikut bukti devolusi.

Sumber: detik.com
Sumber: detik.com
Ok, Ok, saya hanya bercanda, tapi bisa saja manusia modern yang memutuskan untuk membuang akal sehatnya dan memutuskan untuk berhenti berpikir terlepas dari apakah hanya karena malas atau untuk pencitraaan, sedang meniti jalan "devolusi".

Saya mulai berandai-andai. Jikalau gorilla di kebun binatang Philadelphia yang mulai berjalan tegak karena takut tangannya kotor adalah langkah evolusi menuju "manusia" sedangkan manusia yang mencelupkan tangannya ke lumpur sampah tanpa sarung tangan pelindung adalah langkah "devolusi" menuju ... entah apa, maka pertanyaannya adalah, kapan kira-kira kecerdasaan kedua kelompok ini menjadi selevel? Silahkan pembaca jawab sendiri di kolom komentar yang tersedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun