Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanggapan Surat Gamal Albinsaid

22 Oktober 2016   11:14 Diperbarui: 22 Oktober 2016   11:40 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tahap paling dasar toleransi itu dimulai dari dalam diri kita dulu. Kata kuncinya “kemauan untuk menerima” yang berbeda dengan saya. Toleransi adalah tentang bagaimana anda menerima yang berbeda dengan dirimu bahkan jika perbedaan itu tidak menyenangkan. Dalam pengertian medis pun yang subyeknya adalah your body, not other people's bodybro! Dalam surat dr. Gamal saya membaca yang sebaliknya. Yang ada bagaimana adalah orang lain mentolelir dr. Gamal. Dr. Gamal adalah object toleransi. Lalu siapa subyek atau pelakunya. Ternyata yang aktif bertoleransi adalah panitia penyelengara acara di Jerman, Ingris dan California dan mungkin pramugari cantik pesawat yang bersusah payah mencari mie instant yang halal. Aneh bukan? Yang paling bisa bertoleransi ternyata adalah orang-orang yang dianggap KAFIR oleh sebagian penganut agama yang sama dengan dr. Gamal. Bandingkan perlakuan yang diterima dr. Gamal di negeri yang mayoritas Kafir dengan kejadian sweeping penjual makanan di bulan puasa kemarin di negeri NKRI tercinta. Sangat kontras bukan.

Saya walaupun berbeda agama, tetap kagum dengan hasil kerja keras dr. Gamal membangun asuransi kesehatan dari sampah. Sebuah terobosan yang brilian dan dunia pun mengakuinya. Dr. Gamal sungguh beruntung diundang keliling dunia untuk berbagi kesuksesannya. Bayangkan jika para panitia yang mengundang dr. Gamal berpikiran seperti sebagian musuh politik Ahok. Jangan harap dr. Gamal punya kesempatan untuk menerima penghargaan, karena sebagus apapun prestasi dr. Gamal beliau akan di diskualifikasikan dari kompetisi karena beda agama.

Dr. Gamal mendukung argumen dengan kutipan-kutipan inspiratif dari orang-orang terkenal. Itu bagus. Tapi saya merasa ada yang salah dengan kutipan-kutipan tersebut. Sekali lagi saya mencoba mendapatkan pencerahan dari di mbah Google. Kali ini saya kaget bukan kepalang. Tahukah anda siapa Ayaan Hirsi Ali? Buat yang belum tahu silahkan anda google. Ayaan seorang aktifis feminisme, pembela mutilasi genital terhadap perempuan di Afrika, yang juga sorang atheis. Bersama temannya Theo Van Gogh (bukan Vincent Van Gogh ya) Ayaan membuat film pendek berjudul “Submission” tentang penindasan kaum perempuan dibawah rezim Islam. Film kontroversial itu membuat mereka mendapatkan ancaman pembunuhan. Untungnya Ayaan selamat , namun temannya Theo tidak begitu beruntung, akhirnya terbunuh dengan cara yang sangat mengerikan, terlalu mengerikan untuk saya tulis disini, silahkan bagi yang suka gore and slasher menggoogle bagaimana cara Theo Van Gogh menemui ajalnya. Yakin dr. Gamal tidak salah kutip?

Tolerance of intolerance is cowardice (mentoleransi sebuah intoleransi adalah sikap pengecut)”

Dalam hal ini saya yakin intolerance yang dimaksud Ayaan itu ditujukan para pengkapling surga. Namun dr. Gamal memakainya untuk Ahok dan para pendukungnya. Aneh bukan?

Entah bagaimana dr. Gamal berkesimpulan dan menyamakan Ayaan dengan Buya Hamka? Saya lewatkan saja bagian ini karena saya benar-benar tidak mengerti kemiripannya dimana.

Lalu sampailah kita pada kutipan Buya Hamka tentang Ghiroh

“Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu…. Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati…..”,

Super sekali, tapi masalahnya Ahok tidak menghina agama, nabi maupun kitab. Yang Ahok hina adalah para pengecut yang menipu dengan agama, nabi dan kitab. Bagi yang menganggap Ahok menista agama, mereka menganggap cuma ada satu cara menafsir kitab. Tapi bagi Ahok yang berbeda tafsiran tentu tidak demikian. JIka tidak punya Ghiroh sama dengan mayat maka istilah apa ya yang tepat bagi orang yang kelebihan Ghiroh alias over Ghiroh atau Hyper Giroh, yang merasa terhina walaupun tidak ada yang menghina? Jangan pakaikan kain kafan buat orang yang Hyper Ghiroh pakaikan saja straitjacket.

Akhir kata saya menutup artikel ini dengan menjawab pertanyaan dr. Gamal yang ditujukan ke Guntur Romli dan Nuston Wahid yang menurut dr. Gamal membela orang yang menghina agama mereka. Jawabannya sederhana: Karena sesungguhnya menurut Guntur Romli dan Nusron Wahid tidak ada unsur penghinaan agama sama sekali. Bukankah begitu Om Guntur and Om Nusron?

22 Oktober 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun