Saya pendukung Risma dan Ahok, jadi kalaupun Risma jadi berlaga di pentas Jakarta bagi saya tidak ada ruginya buat warga Jakarta karena kita di beri pilihan yang terbaik. Saya tidak akan membahas siapa yang lebih hebat dari segi pencapaian pembangunan, karena saya sudah lihat dua-duanya hebat. Saya lebih tertarik pada perang urat syarat dibalik hingar bingar ini.
Sebagai mana petinju yang akan segera naik ring, biasanya mereka akan melontarkan pancingan-pancingan untuk memanaskan suasana, warming up. Biar seru. Kata-kata yang menghina lawan dan menyombongkan diri pun sering terlontar. Istilah "Tak terkalahkan" atau "bikin KO lawan dalam satu ronde" dan lain sebagainya sudah menjadi standar kalimat provokatif yang dilontarkan. Semua dilakukan sebagai upaya menjatuhkan mental lawan atau sekedar trik marketing untuk menaikan daya jual tiket.
Tapi ini kan Pilkada bung, bukan pertandingan tinju. Justru disini lah mental kedaunya diuji. Untuk terjun ke arena DKI1 harus siap ditelanjangi, dikuliti, disedot sumsum tulangnya. Dari sekedar issue miring sampai fitnah paling keji harus dihadapi dengan santai. Kalau Risma mau terjun ke DKI1 this is just the beginning ma’am, you ain’t seen nothing yet, alias ini baru mulai Bu, belum ada apa-apanya.
Dalam hal menangani wartawan Ahok tentu lebih siap. Jam terbang Ahok dalam hal ini tentu jauh diatas Risma. Ada puluhan wartawan yang ditiap hari nongkrong di balai kota siap menerkam Ahok. Kalau ada wartawan sontoloyo Ahok tidak segan semprot langsung dan bahkan mengusir wartawan dari balai kota. Sebaliknya Risma harus mengadakan konpers untuk sekedar menjelaskan bahwa Surabaya tidak setara dengan Jakarta Selatan. Dalam konpersnya juga terlihat Risma masih “hijau” menghadapi wartawan. Pertanyaan-pertanyaan atau lebih tepatnya “celetukan” wartawan seperti: (Ahok) ada sentiment pribadi mungkin? (Ahok ) mungkin takut? (Ahok) Meremehkan? (Ahok) Mancing-mancing? Apakah ada upaya hukum ke menteri dalam negeri?
Upaya Hukum???? Co’mon Gaess?
Kalau sama Ahok nanyanya mancing begitu pasti habis dikeramas itu wartawan.
Jadi saran saya kalau Bu Risma mau ke Jakarta maka harus siap mental menghadapi gerombolan wartawan sontoloyo dengan segala kenakalanya. Belajar dari Ahok kalau ketemu wartawan tukang pelintir dan sengaja menjebak dengan pertanyaan adu domba jangan tanggung-tanggung Bu, semprot saja. Paling nanti doi muncul lagi cengar-cengir pas acara halal-bihalal seusai lebaran. Kalau sedikit-sedikit konpers nanti waktu Bu Risma yang berharga itu bisa habis buat konpers melulu. Fitnah sana-fitnah sini sudah jadi makanan sehari-hari seorang Gubernur Jakarta. Oh mungkin saya salah, cuma Ahok doang yang alami, buktinya Gubernur sebelum-sebelumnya aman-aman saja. Ahok juga sabar lho Bu Risma dibanding sama Kambing dibedakin saja santai gak gelar konperensi pers.
Tapi saya masih penasaran lho Bu, warga Surabaya mana sih yang tersinggung? Jangan-jangan satu-satunya warga Surabaya yang tersinggung itu si Ahmad Dhani? Kalau yang itu sih gak usah di dengarin Bu Risma. Wong Ahok diam saja juga dia tersinggung Bu. Lagian dia itu kan gak laku di Jakarta. Oh ya dan satu lagi, dia ngompor-ngomporing Ibu head to head dengan Ahok itu ada maunya,... (noleh kiri-kanan sambil bisik-bisik) Ssst dia ngincar jabatan Bu Risma lho….. hati-hati Bu…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H