Ketika deadline datang, otak mu akan merespon itu sebagai sebuah ancaman, mungkin memang tidak rasional karena apa yang seharusnya kita kerjakan malah menjadi sesuatu yang kita pikir akan menyakiti kita.
Namun ironisnya, prokrastinasi merupakan hasil upaya dari tubuh untuk melindungi kita dari kegiatan yang dianggap mengancam
Amigdala kita, yaitu satu set neuron yang terlibat dalam pemrosesan emosional dan identifikasi ancaman, melepaskan hormon, adrenalin yang memicu respons rasa takut.
Nahh, kepanikan yang dipicu oleh stres ini dapat mengalahkan impuls dari korteks prefrontal kita, yang tugasnya berpikir jangka panjang dan mengatur emosi. Pas di tengah-tengah respons pertarungan ini, otak kita bingung harus lari atau diam. Disinilah kita memutuskan untuk menangani ancaman itu dengan menghindarinya dengan kegiatan yang tidak terlalu membuat stres
Maka secara tidak langsung, sebagai respon, otak mu mencoba untuk menghindari hal hal yang menyakitkan atau hal yang bikin kamu stress. Disela-sela ngerjain kerjaan kantor, kamu bakal scroll tiktok video kucing untuk sementara waktu agar otak mu bisa melepas stress, walau hanya sedikit.
Self-esteem, Perfectionist dan Kurangnya Pengendalian Diri
Prokrastinasi terjadi juga karena kita ‘Terlalu dan Sangat Peduli’ dengan apa yang kita kerjakan.  Kita kadang terlalu takut untuk memulainya, takut kalau hasilnya nanti tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan dan jauh dari standar setinggi langit yang telah kita tentukan.Â
Kita akan sangat berhati hati dan terlalu memikirkan bagaimana cara nya agar apa yang mereka kerjakan menjadi sesuatu yang sempurna dan sangat di apresiasi oleh orang orang.
Tali pusaran setan ini tidak akan ada habis nya, karena hasil dari prokrastinasi adalah stress-kelelahan-istirahat-menunda-panik-stress dan terus menerus seperti itu hingga kita akan kewalahan sendiri
Tanggapan ini mungkin tampak ekstrim, tetapi kecenderungan menunda tugas dapat menimbulkan perasaan negatif, seperti rasa takut, tidak kompeten, dan insecurity