Setelah Senja Menyapa
Oleh: M. Abd. Rahim
***
Panas mentari tak sepanas hati, yang telah terlukai. Panas yang membara meleleh air mata, gundah lebih gulana.
Pepohonan yang hijau, terhembus oleh Bayu tak bisa mengalahkan debaran luka yang sudah menyalaÂ
Mentari telah benar-benar di atas kepala, panasnya memuncak menembus jiwa. Seluruh anggota tubuh berhenti; melupa
Kebaikan-kebaikan yang dulu tertanam, mulai sirna. Tinggal kenangan yang menyisakan air susu terbalas air tuba.
***
Pengorbanan; waktu, tenaga, pikiran berubah menjelma buih lautan yang memanas tiada harga
Masa kecil yang penuh keindahan; keceriaan di dalam setiap perkumpulan keluarga, kini penuh kekosongan nan hampa
Ayah, kaulah yang membuat kebijakan-kebijakan. Terus akan kau bawa kemana, setelah senja telah menyapa
Marilah bersama anakmu untuk membuat salju di dalam kalbu; membuat pelangi di taman hati. Semoga bunga-bunga indah bermekaran hingga di taman surga
***
Babat, 11 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H