Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahanku Saat Libur Imlek

21 Januari 2023   13:45 Diperbarui: 21 Januari 2023   14:23 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahanku Saat Libur Imlek

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Awal Januari 2017, aku sudah sibuk mengurusi undangan pernikahan, tanggal pernikahan yang tertera di undangan tersebut adalah tanggal merah libur Imlek. Aku mengambil tanggal merah karena rata-rata keluarga dan teman adalah kerja di kantor.

Souvenir pernikahan yang kami rencanakan dan kami berikan kepada mereka adalah Snack. Dan dirasa masih di awal tahun, maka aku membuat desain kalender ukuran A5 dan kucetak di percetakan Detail sesuai jumlah undangan.

"Pak Budi berapa harganya kalender yang saya cetak?" Tanyaku ke pemilik percetakan

Pada saat itu aku dikasih harga 500 ribu untuk jumlah yang sama

"Ini saya DP separuh nggeh pak!" Aku melihat kwitansi yang diberikan, kelender bisa diambil lima hari dari pemberian file. Aku berterima kasih banyak kepada pak Budi dan pamit pulang. Karena waktu mepet dan masih ada pesanan yang harus dicetak sebelum kedatanganku.

Calon istri, tidak ikut. Dan belum mengerti jikalau aku cetak kalender. Baru tahu ketika aku beli plastik dan bungkus kalender di kontrakannya. Kami gulung satu lembar kalendernya dan kumasukkan dalam plastik, kemudian kami tali dengan pita merah.

Calon istri sudah memberikan undangan ke teman-teman sekolahnya dulu, teman kuliah dan teman guru.  Karena aku pendatang di kota maka aku hanya punya teman kuliah dan teman guru. Maka kami punya job masing-masing dan hanya bersama ketika mengantarkan undangan yang jauh.

***

Tepat tanggal 28 Januari enam tahun silam, gerimis membasahi bumi dan koade pernikahan. Kami khawatir, langit tak sahabat dan angin, hujan semakin mengamuk. Alhamdulillah ternyata hari pernikahan yang dibuatkan ayah dengan izin Allah memberi hawa sejuk ketika kami ijab kabul.

"Saya terima nikahnya Risdza Masjannah Puteri bin bapak Mudjaeri dengan mas kawin tersebut, tunai!" Jawabku saat bapak mertua menikahkan kami. Acara tersebut disaksikan oleh ibu, ayah, dan saudara-saudara saya. Pada saat itu langit masih cerah ikut menyaksikan pernikahan kami.

Lantunan sholawat yang indah mengiringi kami berdua, aku cium kening istriku. Aku menyalami bapak mertuaku, "Jaga anakku ya Him" Pesan beliau kepadaku. Dan kujawab, "Injih insyaallah Ayah." Aku menuju Ibuku, kucium tangannya ku peluk tubuhnya. Air matanya meleleh sambil berkata "Jaga Istriku dengan baik ya nak!" 

Entah mengapa air mataku tumpah dan sesak dalam dada, aku mengerti karena ibuku setelah menikah cintanya akan kubagi dengan istri. Kunjungan ke rumah, dan perhatian akanlah tidak seperti sebelum menikah. Kuingin melangkah, tapi tangis Ibu semakin deras. Kutaktega, kuberhenti sejenak sambil kuusap air matanya dengan kedua tanganku dan berkata.

"Insyaallah kami akan sering berkunjung ke rumah kok Mak!" 

Dokpri 
Dokpri 

Pada saat ganti baju istriku bertanya, "Kenapa ibu menangis?" Dan kujawab, "Karena ketika aku belum kuliah aku yang sering dimintai tolong dirumah. Saat bangun malam, aku yang dibangunkan mengantarkannya ke kamar mandi membersamainya salat malam. Saat minta motongin kuku tangan dan kaki aku yang sering disuruhnya. Mungkin banyak yang dikenang masa-masa saat di rumah dulu"

Istriku manggut-manggut dan memahaminya.

Diluar sana Group Sholawat IQMA UINSA masih melantunkan lagu-lagu indah. Musiknya rancak dan memberi ketenangan dan memberi keindahan suasana pernikahan. Hujan belum turun, masih malu-malu dibalik awan hitam melihat pernikahan kita. 

Setelah ganti baju kami duduk di pelaminan bersama kedua orang tuaku dan ayah ibu mertua. Abah Dayat sedang membarikan tausiyah kepada kami. Tamu undangan berdatangan, melewati, menyelami, dan mendoakan kami. Kemudian mereka kami persilahkan ke dalam untuk memilih makanan yang mereka suka. 

Sampai sore hari langit masih keadaan aman, dan memberi kenyamanan saat mereka menikmati acara kami. Hingga acara hampir selesai, baru tetesan hujan mulai turun satu mengantarkan kami ke tempat yang indah dan suci. 

Itulah sekedar kisahku untuk Kompasiana, dan suasana libur Imlek 

***

Surabaya, 21 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun