Kalau ingin menuliskan buku yang diterbitkaan mayor, Beliau mengharapkan para peserta harus mengikuti KEBUTUHAN PASAR. Jadi ketika menulis BUKAN UNTUK DIRI SENDIRI, tapi UNTUK ORANG LAIN. Beliau juga memberikan Contoh judul yang banyak dibutuhkan sekolah-sekolah jaman sekarang seperti; Classroom Design and Management, Community Based Learning, Computer-Based Assessment, Competency-Based Learning, Computer-Adaptive Assessment, dan The 21st Century Learning Skills.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, "Tidak perlu berfikir panjang-panjang dulu. Mulai dari satu hal yang sederhana. Jangan menuliskan sesuatu yang kita tidak mengerti dan tidak ada sumber referensinya. Makannya dulu kalau bu Aam masih ingat, Beliau lebih senang mengajak rekan-rekan guru untuk BERJALAN BERSAMA, bukan sekedar BERDISKUSI. Kebanyakan orang senangnya berdiskusi dan TAKUT EKSEKUSI. Kalau Beliau terbalik, langsung EKSEKUSI di bawah bimbingan Beliau, baru kita berdiskusi nanti kalau ada hambatan."
"Carilah judul yang ANTI MAINSTREAM. Kalau yang BIASA-BIASA SAJA, biasanya penerbit mayor tidak tertarik menerbitkannya. Tidak ada aturan mengenai hal ini. Referensi adalah bentuk penghormatan kita terhadap karya orang lain yang butir-butir kontennya kita pakai dalam buku kita. Semakin banyak kita pakai pemikiran orang lain, semakin banyak referensi yang kita pergunakan."
Selanjutnya beliau juga menjelaskan tentang isi dan konten. Menurutnya isi atau konten menarik yang disampaikan adalah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sudah banyak teori, konsep, dan pengalaman dari penulis lain yang disampaikan ke peserta. Sehingga Beliau tidak ingin membebani dengan teori-teori baru. Jadi Beliau mengajak teman-teman yang BERMIMPI karyanya terpajang di toko buku untuk BERGABUNG dalam batch JANUARI BERSERI yang nanti akan menjadi workshop mingguan membuat buku mayor.
Alhamdulillah yang mendaftar belajar menulis buku mayor dalam dua Minggu bersama beliau ada 100 peserta. Semoga semua diberi kelancaran dan kesuksesan. Amin