Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Belajar Bersama

29 November 2022   19:43 Diperbarui: 1 Desember 2022   02:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Belajar Bersama

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Kini aku menjumpai keluargaku serasa di surga, sungguh indah dan betah saat di rumah. Ini semua belajar dari pengalaman, belajar bersama tentang arti hidup dan kehidupan. Kebersamaan membangun istana keluarga, saling menyayangi, mencintai dan tidak ada saling membenci. Meminta maaf adalah kunci utama pada semua khilaf dalam dada. Jika ingin kemanapun pergi dari rumah izinlah pada orang tua.

"Bu, aku izin malam ini belajar sama Irine, boleh ke rumahnya ya Bu! Sekalian mau mengembalikan uang yang kupinjam" 

"Baiklah, lain kali Irine ajaklah kesini!" Pinta ibu setelah mengizinkanku

Kupakai sepeda motor pemberian bapakku. Sekarang kujuluki si Biru, karena warna biru warna kesukaanku. Kujuga pamit sama bapak dan mas Kris.

"Ciye yang mau belajar bareng, hehehe!" Ledek mas Kris

"Oke, hati-hati dijalan. Awas lo jangan nabrak lagi."

***

Di sepanjang jalan menuju rumah Irine, aku melihat lampu jalanan menyala indah. Apalagi gedung-gedung megah yang menyala warna warni. Pesona malam yang penuh kedamaian, dibumbuhi cahaya bulan.

Aku mencoba berhati-hati, saat melewati jalan yang sunyi. Ingin mempercepat kuatir terpeleset karena jalan licin. Masa depanku masih panjang, cita dan cintaku belum sepenuhnya kumiliki dengan ikatan cincin. Aku ingin membahagiakan ibuku, keluargaku dengan belajar yang giat, menggali ilmu dengan penuh semangat.

"Ya Allah berikanlah umur yang panjang kepada ibu, sampai beliau melihat kesuksesanku, sampai melihat kebahagiaanku, sampai melihat anak cucu." Doaku dalam hati

***

Setiba rumah Irine, tak kujumpai orang tuanya. Hanya bibi Cynthia yang menemani. Bibi Chintya adalah teman sekaligus pembantu di rumah Irine. 

"Assalamualaikum Bi, apa Irin di rumah?"

"Oya silahkan masuk, mas Radit ya!"

"Ya Bi, kok tahu namaku?"

"Tadi non Irin yang ngomong, silahkan duduk mas!" Perintahnya

Saat menduduki kursi di ruang tamu, sangat empuk dan lembut. Aroma ruang tamu yang wangi dan mewah dilengkapi dengan pendingin ruangan. Di depan ada TV LED yang berukuran 32 inch yang dilengkapi internet.

"Asyik nih buat nonton piala dunia 2022!" Aku memencet remot control yang ada di meja tamu. Beberapa menit melihat tayangan sepak bola Irine datang.

"Hei kamu kesini belajar ya, bukan nonton bola!" Celoteh Irin dari belakang memperingatkanku. 

"Membawa buku mapel yang diujikan besok kan!" 

"Tentu donk!" Jawabku

Kupandangi Irine di depanku memakai baju yang tidak seharusnya dan tidak memakai hijab.

"Kalau di rumah kamu tidak memakai hijab ya Rin.!"

"Iya kan ini aku lagi di rumah bukan di luar!" 

"Tapi kamu lebih cantik memakai hijab lo Rin, sungguh!" Kataku dengan hati-hati agar tidak tersinggung.

"Em, hijab yang sering kamu pakai ada hijab yang aku suka yakni warna coklat yang ada garisnya kuning." 

"Oh yang itu, Oke deh!"

Irin menuju ke kamar lagi, memakai hijabnya. 

Saat belajar bersama, orang tua Irine datang dari kerja. Kemudian memanggil Irine.

"Siapa laki-laki itu?" Teriak pak Hadi ayah Irine. Ibunya Irine yang baru masuk ke kamar kaget. Aku tak sempet menyalaminya 

"Ayah istirahat dulu!" Pinta ibu Suci istrinya

"Ayah, Aku lagi belajar bersama Mas Radit. Besok ada ujian Matematika, dia yang jago dalam matematika." Jawab  Irine

Bu suci mendampingi dan menenangkan suaminya-menuju ke kamar. 

"Sudah ke sana dulu, temani temanmu!" Perintah ibunya pada Irine. 

Saat Irine kembali di depanku wajahnya berubah, tidak ada lagi kebahagiaan di wajahnya. Yang ada hanya ketakutan dan keraguan cinta.

"Maafin aku ya mas Radit, sepertinya belajar bersama malam ini kita tunda dulu. Sepertinya ayah ada masalah dengan kerjaannya."

Aku pulang belajar bersama dari rumah Irine, ada sedikit keraguan masa indah remajaku. Dan sepertinya ayahnya Irine tidak menyukaiku, dan tidak akan menyetujui hubunganku dengan anaknya Irine. Aku tahu Aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan keluarga irine adalah berdarah biru, hubunganku dengan Irine sepertinya tak akan menyatu.

"Rin ku pamit ya, ini uangmu yang kupinjam tadi. Terimakasih banyak ya atas kebersamaannya selama ini. Salam pada orang tuamu." Kataku saat pamit pulang.

Irine meneteskan air mata

***

Surabaya, 29 November 2022

Naskah ke-33, Tantangan dokjay 30 hari menulis di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun