Oleh: M. Abd. Rahim
***
Hari itu telah tiba, langit tidak terlalu panas dan juga tidak turun hujan. Seluruh siswa berkumpul di halaman sekolah. Untuk melaksanakan upacara Hari Guru Nasional.Â
"Kita harus tampil maksimal, karena hari ini adalah hari sepesial" Kata Irine
"Ya betul, upacara hari ini tidak hanya keluarga besar SMK PGRI 1 Surabaya saja. Ibu kepala sekolah, Dra. Dwitanti Nuzululliana MM., juga mengundang ketua PGRI Provinsi Jawa Timur, Bpk. Drs. H. Teguh Sumarno, MM. Juga Ketua YPLP Dasmen PGRI Jawa Timur, Bpk. Sumanto, M.M. serta segenap pengurus PGRI Provinsi Jawa Timur." Kataku
Radit, Irine dan William adalah petugas pengebar bendera. Mereka bertiga berseragam putih, berpeci hitam dan sepatu hitam. Dan juga memakai hasduk berwarna merah putih yang mengalung di leher mereka.
"Upacara Hari Guru Nasional akan segera dimulai" Kata Ibu Yayuk M.Pd., yang pada saat itu sebagai protokol upacara. Seluruh peserta upacara mempersiapkan diri.
"Pemimpin upacara memasuki lapangan!"
Bpk. Supriyadi memasuki lapangan. Dan berkata, "Untuk semuanya, siaaap gerak"
Seluruh peserta upacara mempersiapkan diri dan siap mengikuti upacara.
"Pembina upacara memasuki lapangan" Ibu Yayuk melanjutkan
Bpk. Drs. H. Teguh Sumarno, MM naik podium. Podium yang dihias memkai kain merah putih, dihias cantik oleh sekolah.
"Lapor, upacara Hari Guru Nasional siap dilaksanakan" Kata Bpk. Supriyadi, SSÂ
"Laksanakan!" Jawab Bpk. Teguh
"Menyanyikan lagu Indonesia Raya!"
Saat musik arassemen lagu Indonesia Raya diputar seluruh peserta upacara menyanyikan dalam hati dengan penuh hikmad. Setelah selesai, dilanjut lagu Mengheningkan Cipta.
"Untuk mengenang jasa para pahlawan, khususnya pahlawan pendidikan. Mengheningkan cipta dimulai!" Bpk. Teguh memimpinnya
Seluruh peserta upacara berdoa dengan penuh khusyuk dan melagukan lagu ciptaan Truno Prawit itu dengan meneteskan air mata. Hati mereka gemuruh, sesekali tarik nafas bernafaskan doa. Udara pagi itu berhembus segar dan terasa dalam dada.
"Mengheningkan cipta selesai!"
Rangkaian upacara selanjutnya pembacaan pembukaan UUD 45 yang dibaca oleh Bpk. Sunaryo, S.Pd. Kemudian dilanjut menyanyikan lagu Hymne Guru Cipt. SartonoÂ
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu kan kuukir di dalam hatiku
S'bagai prasasti t'rima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia
Lagu tersebut dilagukan oleh semua peserta upacara dengan syahdu dan aku suka musik arassemennya. Dilanjut  lagu Mars PGRI Cipt. Basuki Endropranoto. Padasesi lagu ini ada beberapa temanku yang tidak hafal, hanya bapak dan ibu guruku yang menyanyikannya dengan fasih.
PGRI abadi
Tetap mempersatukan diri
Dengan nama nan sentosa
Lahir negara kita
PGRI abadi
Bernaung di bawah sang panji
Sinar surya nan merata
anggotanya bersama
Wahai kaum guru semua
Bangunkan rakyat dari gulita
Kitalah penyuluh bangsa
Pembimbing melangkah ke muka
Insyaflah 'kan kwajiban kita
Mendidik mengajar putra putri
Kitalah pembangun jiwa
Pencipta kekuatan negara
Beberapa lagu sudah kunyayikan bersama teman yang  lain dengan baik dan lancar. Acara selanjutnya adalah amanat upacara yang disampaikan oleh Bpk. Drs. H. Teguh Sumarno, M.M. Beliau menyampaikan beberapa hal.
"Alhamdulillah kita hari ini diberi kesehatan oleh Allah SWT dapat melaksanakan Hari Guru Nasional dan Ultah PGRI yang ke-77. Inilah hari kelahiran, hari adanya. Bahkan keputusan presiden muncul pada dan Nomor 78 Tahun 1994, bahwa kita diperbolehkan bahkan wajib memperingati Hari Guru dan hari ulang tahun PGRI. Kenapa adik-adik SMK dan pengurus PGRI hadir di sini dalam rangka bentuk silaturahmi bahwa adik-adik SMK harus berjiwa. Bahwa pendidik perlu kita hormati, guru perlu kita sowani, guru perlu kita hargai. Kalau guru selamanya akan menjadi guru tapi adik-adik SMK bisa jadi Bupati, bisa jadi Menteri, bahkan bisa jadi presiden Indonesia."
Aku dan teman-teman dan seluruh peserta upacara bertepuk tangan dan menjawab. "Amin ya rabbal alamin!"
"Adik-adik yang kami banggakan, tanpa guru tidak bisa ada perubahan, teknologi boleh canggih, bapak ibu guru tidak akan tergantikan oleh teknologi. Karena di jiwa guru ada karakter dan di jiwa guru ada perubahan yang tidak dimiliki oleh teknologi. Oleh karenanya hari ini adalah hari yang luar biasa, guru tanpa pamrih akan mengantarkan kalian  menjadi polisi, menjadi dokter tetapi akan selalu tawadhu dengan tugasnya sebagai guru. Adik-adik ada yang nakal, adik-adik yang tidak rajin belajar tetapi guru akan selalu merubah bagaimana adik-adik ini mampu menjadi siswa siswi yang luar biasa."
Begitulah amanat yang disampaikan oleh pembina upacara. Acara selanjutnya yaitu menyanyikan lagu Terimakasih Guruku Cipt. Sri Widodo.
Terimakasihku kuucapkan
Pada guruku yang tulis
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkanÂ
Untuk bekalku nanti
Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kanku ingat slalu nasihat guruku
Trima kasihku guruku
Dari acara demi acara teraksana dengan baik. Dan upacara di tutup dengan doa yang dibacakan oleh Bpk. Kustiono, ST., M.M.Â
***
Surabaya, 26 November 2022
Naskah ke-28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H