Oleh: M. Abd. Rahim
***
Teman-temanku sekelas sudah pulang, begitu juga Irine. "Semoga dia tidak kenapa-napa" Doaku menghawatirkan dia.Â
Ibuku masih menemani Pak Anam, Mas Kris, Pak Haji Nasrul dan Istrinya. Begitu juga Mbak Clarissa mereka masih berkumpul di ruang tamu. Ibuku menjamu seadanya, air putih dan teh hangat. Malam itu, bulan menampakkan cahayanya. Aku dan Dea mengobrol sendiri di depan rumah. Sesekali Aku meminta maaf kepadanya atas kejadian barusan. Aku khawatir hubunganku hanya seumur jagungÂ
"Maafinku ya Dea. Jangan ngambek, manisnya hilang loh!" Aku meminta maaf sambil menggoda dia, agar tersenyum lagi. Dari luar kami mendengar pembicaraan mereka.
"Bagaimana kelanjutannya Pak Anam dengan Ibu" Tanya Pak Haji
 "Saya terserah ibu Nur mawon!" Jawab Pak Anam
Mas Kris tersenyum karena akan mempunyai Ibu lagi.
"Tidak dibersamakan saja pernikahannya dengan Radit!" Pak Haji menawarkan agar Dea putrinya menikah dengan anaknya, Radit.