"Ketika magang di manapun berada, ingat pesan-pesan gurumu. Harus disiplin, tepat waktu, jangan mencuri, dan menurut ibu jangan tinggalkan salat."
"Kulo sampun beto sarung kaleh baju taqwa teng tas Bu!"
"Iya, tapi ketika magang pasti ada pekerjaan yang sulit ditinggalkan. Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan penjajah dia tak pernah meninggalkan salat. Saat waktunya salat sudah datang, dia mengajak prajuritnya untuk menjalankan salat berjama'ah. Dia selalu berada dalam keadaan suci, kalau batal dia berusaha mengambil air wudhu. Setelah salat, pangeran Diponegoro masih duduk bersama prajuritnya untuk mengatur kekompakan dan strategi perang"
Aku manggut-manggut, "Matursembhnwun Bu, atas nasehat-nasehat ipun."
Aku menyalami tangan ibuku, kucium punggung tangannya dan meminta maaf. Aku pergi ke kamar mandi dan salat isya lalu istirahat.
Aku tak bisa tidur, karena masih memikirkan kerjaku di warung pak Sugi. Aku bersyukur karena pak Sugi mengizinkanku tidak masuk kerja. Ini untuk hari pertama, tapi hari kedua dan seterusnya kuatir hati pak Sugi berubah. Apalagi besok aku izin tidak bisa membantunya membuka warung.Â
Untuk hari pertama, cukup lelah karena berangkat-pulang magang memakai sepeda. Dan malam ini aku chat Amar agar besok menjemputku.
***
"Radit, Radit!" Suara Amar mengetuk pintu rumahku beberapa kali. Aku masih di kamar memakai, Ibu yang membukanya.
"Silahkan nak Amar masuk dulu!"
Sebelum dia masuk rumahku, Aku sudah menemuinya. Aku berangkat magang, bersamaanya menaiki Mio GT.