"Namamu siapa?" Tanya pak Haji Nasrul disaksikan oleh istri, Dea dan adiknya
"Raditya Alfahri!"
"Kamu merokok?"
"Mboten pak Haji, Kulo mboten ngrokok."
Dea melirikku, jantungku semakin berdetak. Tubuhku semakin gemetar tak menentu. Aliran cinta telah menyebar ke seluruh tubuhku, menyentuh dan menggerakkan nadi-nadi asmaraku. Aku merasakan kenyamanan sukma indah yang tiada tara.Â
Sepertinya mereka ingin tau seluk beluk ku, memang aku tak perokok sejak dari kecil. Mau mencoba saat mau sekolah MTs waktu itu merasa tak enak saja di mulut.
"Kamu suka sama Dea, kan?"
Aku diam menunduk
Sebelum melanjutkan perkataan pak Haji Nasrul. Istrinya menyela pembicaraan, "Ayo diminum tehnya!, Apa sudah makan nak Radit?" Tanya Ibu Dea
"Sampun kok Bu" Radit menghela nafas
Sebenarnya sejak di musholla Pertamina tadi, pak Haji Nasrul ingin menemui Radit dan berniat diperkenalkan dengan anaknya Dea. Rupanya Radit masih dzikir selesai isya, karena sudah merasa lapar mereka pergi ke warung pak Sugi.Â
Haji Nasrul melihat Radit tidak seperti muda sekarang yang jauh masjid dan tak mau salat apalagi salat berjama'ah. Maka ia berkeinginan untuk menjadikannya imam untuk Dea. Tapi sepertinya jalan masih panjang, Dea masih kelas X di pondok pesantren Tahafidz milik KH. Soleh. Dan Radit masih kelas XI jurusan Listrik di SMK PGRI 1 Surabaya.Â
"Ayo dihabiskan tehnya!" Perintah Ibu DeaÂ
"Itu bikinan asli Dea Lo!"
Mendengar itu bikinan anaknya, Aku langsung meminumnya pelan-pelan sampai habis.Â
Setelah meminum teh manis buatan Dea, Aku diizinkan kembali ke warung pak Sugi. Tiba-tiba hujan deras mengguyur bunga-bunga di pekarangan, tetesan hujan meresap dalam tanah, hati dan fikiran.
Aku tidak membawa jas hujan, ataupun payung. Dea menawarkan jas hujan miliknya, yang sudah lama tidak dipakai karena ia sering tinggal di pondok. Dan juga saat dijemput oleh orang tuanya memakai mobil, ia tidak memakai jas hujan lagi. Dan mungkin hanya membutuhkan payung saat menuju ke parkiran mobil bila hujan turun.
Kukenakan jas hujan pemberian dari Dea, kemudian aku pamitan. "Terimakasih banyak atas kesempatannya sudah naik sepeda mengantarkan kunci rumah kepada kami!" Kemudian kucium punggung tangan pak Haji Nasrul.
***
Hujan semakin deras malam itu, langit gemuruh. Seakan mengamuk pada penduduk bumi. Angin kencang menerpa pepohonan besar, hingga tumbang ke jalan raya. Banyak terjadi kemacetan di mana-mana. Karena jumlah volume air banyak, tak mampu menyerap ke tanah. Kini hutan sudah menjelma gedung-gedung pencakar langit. Saat hujan datang melanda, banjir di mana-mana seakan mudah menyerang penduduk bumi. Banjir merenggut harta benda dan bahkan nyawa.
Malam itu, aku bersama pak Sugi masih setia di warung, menunggu sampai hujan reda. Kami melindungi beberapa makanan yang terkena hujan. Ada satu pembeli yang mampir di warung pak Sugi, membeli mie ayam. Aku menawarkan minuman, "Teh hangat nggeh pak!"
"Ya mas! Sama  pisang kipas dua bungkus, yang satu keju dan yang satu coklat ya!"Â
Aku membuat teh hangat dan kuberikan kepada beliau lalu aku mengupas pisang kepok lalu menggorengnya.
***
Hari ini sekolahku masuk siang, beberapa jam yang lalu kumenyapu halaman rumah dan membantu ibu mencuci piring serta mencuci pakaian. Setelah itu Aku belajar, sebelum waktu duhur, semua pakaian yang dijemur di belakang rumah kuambil dan kurapikan lalu kumasukkan lemari ibuku. Kalau tidak seperti itu, kuatir hari hujan dan membasahi pakaian. Oleh karena itu Dia melakukannya sebelum berangkat sekolah.
Saat sampai sekolah Aku tidak terlambat, namun karena cuaca yang ekstrim hari ini ada beberapa guru yang tumbang, tidak masuk karena izin sakit diantaranya; Pak Utomo, Pak Abbas, Pak Andik, Pak Hartadi, dan Pak Farid. Maka dari itu, sore nanti Sie Rohani Islam (Rohis) OSIS SMK PGRI 1 Surabaya (SKAGRISA) mengadakan kegiatan doa bersama. Khususnya untuk guru-guru SKAGRISA dan umumnya berdoa kepada guru-guru seluruh Indonesia.
 "Semoga dengan adanya doa bersama nanti, Allah memberikan kesembuhan. Guru-guru yang mendahului kita, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah, dan semua dosa-dosanya diampuni oleh-Nya." Kata pak Alif dihadapanmu dan teman Rohis yang lain.
Menjelang Asar, Radit sebagai anggota Rohis, memberikan pengumuman lewat center informasi di ruang guru. Bahwa seluruh civitas SMK PGRI 1 Surabaya, seluruh bapak ibu guru dan karyawan, serta seluruh kelas yang masuk pada siang hari itu untuk melaksanakan salat asar berjamaah dan berlanjut do'a bersama.
Pak Alif dan beberapa anggota Rohis sudah standby di masjid. Dan beberapa jumlah sajadah di gelar di dalam masjid dan di hall masjid.Â
Pak Alif juga mengingatkan sebelum memulai salat asarnya memberikan informasi kepada jamaah.Â
"Assalamualaikum Wr. Wb. para jamaah masjid Al-Ikhlas yang dirahmati Allah. Setelah salat jamaah asar nanti, mari kita laksanakan kegiatan doa bersama ini dengan khusuk, mari kita memohon ampunan  kepada  Allah serta minta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya."Kemudian kami dan jamaah mengikuti Pak Alif
Kita sebagai hamba Allah wajib meminta pertolongan pada Allah. Karena Dialah Sang Pencipta dan pemilik segala sesuatu. Mari kita bersabar atas musibah dan bala' yang menimpa kita. Jangan sampai kita bermaksiat disebabkan musibah yang menimpa kita. Jangan sampai musibah dan berbagai kesulitan hidup menyebabkan kita melanggar aturan-aturan Allah. Janganlah kita memprotes ketika mendapat musibah dan bala' dari Allah. Hendaklah kita bersabar dan menjalankan terus menerus kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya. Jangan menyalah-nyalahkan Allah atau berburuk sangka (suuzan)Â kepada Allah. Tapi berbaik sangkalah (husnuzan)Â kepada Allah dan yakin pada setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Setelah salat asar kegiatan doa bersama diawali dengan membaca QS. Yasin, dalam hal ini Pak Alif meminta anak-anak Rohis dan dipimpin oleh Radit dan Alfi. Bacaan istighotsah dipimpin oleh Pak Alif. Ketika Radit mengaji, ia sangat meresapi. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, ayat suci yang ia baca menjatuhkan air mata. Ia menghadirkan wajah ibunya dan memohon doa agar ayahnya ditimpatkan terbaik disisi-Nya. Ia juga mendoakan Dea dan keluarganya, semoga diberi kebaikan, dan keselamatan.
Di tengah-tengah acara doa, hujan turun dan semakin deras. Para panitia panik, acara do'a ini tidak khusuk dan tidak berhasil. Pak Alif sebagai pemimpin doa menghentikan sebentar dan berkata, "Wahai bapak ibu dan anak-anaku sekalian, tetaplah posisinya masing-masing, karena dalam hadis riwayat Ibnu Qadamah bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda. "Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan yakni bertemunya dua pasukan, menjelang salat dilaksanakan dan saat hujan turun."
Dan Pak Alif mengajak bersama untuk mengucapkan doa hujan. "Allahumma Soyyiban Nafi'an!" Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk makhluk hidup, manusia, tumbuhan dan hewan)". Setelah keadaan tenang, pak Alif melanjutkan bacaan Istighosahnya.Â
"Semoga dengan membaca ayat-ayat suci, dan kalimat-kalimat toyyibah kita semua, khususnya sekolah kita selalu mendapat perlindungan, keselamatan dari Allah SWT dan dijauhkan dari mara bahaya. Begitu juga para guru-guru seluruh Indonesia diberi kesehatan untuk mengemban amanah mendidik pada para pemuda-pemudi penerus bangsa. Amin ya robal alamin." Pak Alif menutup kegiatan ini, kemudian para siswa berjabat tangan kepada bapak ibu guru, begitu juga guru sesama guru, mungkin kalau ada kesalahan disengaja atau tidak disengaja Allah mengampuni.Â
***
Mojokerto, 05 November 2022
Naskah ke-5, tantangan dari dokjay 30 hari menulis di KompasianaÂ
***
Silahkan Baca Juga Naskah yang Lain:
Naskah ke-1 : Guruku Adalah Orang Tuaku
Naskah ke-2: Sekolahku Adalah Surgaku
Naskah ke-3: Satu Visi, Satu hati
Naskah ke-4: Tragedi di Warung Pak Sugi
Naskah ke-5:Â Doa Bersama Untuk Para Guru Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H