5. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. Namun, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya
6. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan agar pembaca yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut
7. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan  huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit
Dengan demikian, membuat  buku dari karya ilmiah bukan berarti hanya mengubah cover dan judul saja sementara isi sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Itu merupakan suatu kesalahan karena akan menjadi self plagiarisme untuk karya kita. Kita harus mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga KTI versi buku tidak akan sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya.
Selanjutnya Laporan Penelitian diubah jadi Artikel, lalu diterbitkan di jurnal yang bereputasi. Berikut langkah-langkanya:
1. Abstrak, berisi latar belakang singkat, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, simpulan. Tidak boleh ada sitasi dalam abstrak.
2. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tinjauan Pustaka secara singkat, tujuan penelitian
3. Metode penelitian, berisi sampel penelitian, prosedur penelitian (dalam bagan saja), analisis penelitian
4. Hasil dan pembahasan, berisi hasil penelitian berupa grafik, tabel atau diagram serta pembahasan mengapa mendapatkan hasil demikian yang dikaitkan dengan teori yang ada.
5. Simpulan, Menjawab tujuan penelitianÂ
Kemudian Daftar Pustaka diusahakan yang terbaru dan dari jurnal lain yang bereputasi juga.
Kesulitan terbesar dalam menulis KTI adalah mengalahkan mood untuk tidak menulis dan berkarya. Salah satu solusi, gabung di komunitas penulis maka semangat berkarya dan menulis akan terus terpantik dan menyala. Agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah ukurankita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selian itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya. Teruslah berkarya karena dengan karya itu nama kita akan dikenal sepanjang masa.
Sumber: Penjelasan dari Kelas Belajar Menulis Gelombang 27, Pertemuan yang ke-5, di bawah naungan Omjay. Pada hari Rabu, 31 Agustus 2022, yang dinarasumberi oleh Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd., dan Ibu Mutmainah sebagai moderatornya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H