Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Hari Raya Idul Fitri: Mempererat Tali Silaturahmi dan Mengingat Jati Diri

7 Mei 2022   23:40 Diperbarui: 8 Mei 2022   07:10 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama KH. Sholeh Marzuki/Dokpri
Foto Bersama KH. Sholeh Marzuki/Dokpri

Mengingat Jati Diri

Momen idul Fitri juga menjadi momen untuk mengingat jati diri. Saat kita berkunjung bertemu orang tua, Saya diajak ziarah ke kuburan kakek-nenek, mbah buyut atau dzurriah kita yang lain. Ayah biasanya mengajak kita ziarah, kami menyadari bahwa kita harus tahu asal usul keluarga kita. Saya lahir dari ayah dan ayah lahir dari kakek nenek dan seterusnya sampai ke atas. Sejak kecil ayah sering mengajak kami berziarah, dan biasanya menyebutkan silsilah, setelah tawasul kepada Rasulullah dan Para Auliya wali Songo, yang sering di sebut adalah: Ila ruhi Mbah Marni, Mbah Asri'ah, Mbah KH Mulyadi, Mbah KH. Ahmad, Mbah KH Usuludin, Mbah KH Abdurrahman Yai Sambu Lasem. 

Dokpri
Dokpri

Karena Ayah asli Pamotan Rembang maka setiap hari raya idul Fitri menyempatkan ziarah ke sana. Dua idul Fitri tahun sebelumnya, kami tidak bisa ke Pamotan karena situasi Pandemi. Dan tahun ini saya merasa eman tidak bisa ikut ke pesarean Pamotan Rembang, karena hari kedua di Tuban istri saya sakit Demam Berdarah. Saya kira hanya kecapean atau masuk angin saja (saya menulis ini di ruang tunggu ICU istri saya di RSI SAKINAH Mojokerto). Setelah beberapa hari saya tidak bisa buka laptop atau Handphone, karena mata sakit dan tidak bisa berhadapan dengan keduanya. Kalau saya paksakan mata memerah, kepala pusing dan daerah mata cekot-cekot. Mudah-mudahan semua semoga segera diberi kesembuhan. Amin.

Adapun silsilah dari ibu yang biasa saya lontarkan setelah solat yaitu: Ila ruhi Mbah Hayatun Nikmah-Kiai Ahmad Bilal, Mbah KH. Marzuki-Hj Ismiyati, Mbah Soleh, Mbah Janur, Mbah Janjang, Mbah Suco Lahumul fatihah. 

Dokpri
Dokpri

Dari urutan silsilah di atas untuk mengingat siapa jati diri kita dan perlu diingat kita berasal dari para leluhur kita. Jangan sampai tidak tau siapa kakek nenek, buyut kita, canggah kita. Fungsi dari berziarah diantara salah satunya adalah mengingat nama-nama leluhur kita dan tahu makam leluhur kita, hal ini harus tersampaikan ke anak-cucu kita nanti, agar kita sebagai keturunannya bisa selalu ingat dzurriah, leluhur keluarga kita. Semoga kita bisa selalu tersambung do'a dari dzurriah, leluhur kita. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun