Mohon tunggu...
M abdika Setia
M abdika Setia Mohon Tunggu... Operator - pekerja dan mahasiswa

bekerja dan belajar sampai akhir hayat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perkembangan Metode Just in Time

13 Oktober 2022   19:25 Diperbarui: 13 Oktober 2022   19:25 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Just-in-Time atau disingkat JIT adalah sebuah filosofi manajemen yang berakar di Jepang dan pertama kali muncul pada dekade 1970-an di industri manufaktur Jepang. Untuk pertama kalinya, JIT dikembangkan dan disempurnakan oleh Toyota Motor Manufacturing oleh Taiichi Ohno. Karena jasanya mengembangkan konsep JIT, Taiichi Ohno dijuluki the Father of Just-in-Time. Ide utama JIT adalah menyediakan produk yang diminta pelanggan dengan waktu tunggu sependek mungkin. Artinya, produk diproduksi berdasarkan permintaan pasar dalam waktu sesingkat mungkin. Sesuai dengan namanya, Just-in-Time berarti hanya menyediakan apa yang dibutuhkan, kapan itu dibutuhkan dan juga dalam jumlah yang dibutuhkan. Walaupun JIT lebih dikenal sebagai filosofi manajemen dari Jepang, ternyata Henry Ford telah menjelaskan gambaran konsep JIT ini dalam bukunya yang berjudul My Life and Work yang terbit pada 1923 silam.

Berikut gambaran Henry Ford yang menjabarkan konsep-konsep Just-in-Time :

"Di sisi material, kami lebih memilih untuk membeli material yang paling dibutuhkan dulu. Biasanya kami hanya membeli material yang cukup hanya untuk proses produksi yang sudah direncanakan saja, lagian kami juga mempertimbangkan faktor kendaraan yang menganggkut bahan baku tersebut. Jika kendaraan saat itu benar-benar tidak mengalami kerusakan atau bahkan dapat menjamin keamanan bahan baku yang dibawa, maka sebenarnya kami tidak membutuhkan lagi aktivitas untuk menyetok bahan baku apapun. Karena mobil pengangkut bahan baku akan tiba tepat waktu, dalam urutan serta jumlah yang sudah diatur sebelumnya dan dapat langsung dimasukkan ke dalam proses produksi. Selain hal ini dapat menghemat biaya, strategi ini pun akan memberikan omset yang cepat, jadi kita bisa menghemat biaya dalam kegiatan penganggkutan bahan baku."

Seperti itulah yang digambarkan Ford mengenai proses manufaktur dalam bisnis otomotifnya. Jika kita kaitkan dengan pengertian Just in time yang lebih dikenal luas sebagai sebuah filosofi yang berasal dari Jepang, maka gambaran yang telah di jelaskan Ford dalam bukunya tersebut tentu tidak berbeda jauh dari konsep JIT yang diterapkan raksasa otomotif Toyota.

Konsep JIT dalam proses manufaktur harus benar-benar disesuaikan dengan organisasi yang akan menerapkan konsep tersebut. Hal ini pun yang tercermin dalam aspek-aspek budaya yang terkait munculnya JIT di Jepang, seperti para pekerja yang harus memiliki motivasi tinggi untuk terus melakukan perbaikan dari waktu ke waktu ataupun menetapkan standar yang lebih tinggi. Perusahaan harus berfokus pada upaya pengembangan kelompok yang akan melibatkan berbagai kombinasi dari bakat dan juga pengetahuan, kemampuan memecahkan masalah serta ide-ide untuk mencapai tujuan bersama.

Konsep JIT manufacturing memang berfokus pada pengurangan waste dan pengurangan biaya produksi. Dari sudut pandang etika nya, mengurangi waste dan biaya produksi di sini artinya mampu memberikan harga yang rendah namun, tetap memberikan nilai yang lebih baik bagi konsumen.

Tentunya etika pribadi karyawan dan etika bisnis perusahaan secara langsung akan mempengaruhi proses pengerjaan dan kualitas produksi, sehingga faktor tenaga kerja sangat menunjang tercapainya produk yang lebih baik dalam penerapan Just-in-Time

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun