Reaching out
Aspek ini adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk keluar dan meraih aspek positif dari kehidupan pasca menghadapi situasi yang buruk dan malang yang terjadi. Kemampuan ini tergantung pada bagaimana individu dilatih semenjak kecil untuk menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan.
Maka dari itu kemampuan Resiliensi adalah hal yang penting untuk dimiliki setiap individu untuk menjalani hidupnya, karena di hidup ini akan selalu dihadapkan pada permasalahan yang tidak kita duga, jadi individu harus mempersiapkan dirinya dengan memiliki kemampuan resilien. Selain itu kemampuan Individu untuk melakukan resiliensi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikemukakan oleh Everall, et al., (Ifdil & Taufik, 2012; dalam Sari, dkk., 2019), diantaranya:
Faktor Individual
Faktor ini dapat mempengaruhi kemampuan resiliensi individu yang dimana faktor ini bersumber dari dalam diri individu sendiri. Yaitu seperti kognitif, konsep diri, harga diri dan kompetensi sosial individu.
Faktor Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan resiliensi seseorang yang faktornya berhubungan dengan orang tua dan keluarga, seperti cara orang tua memperlakukan anak, keterkaitan emosional dan batin antar keluarga, yang dimana hal ini membantu dan mendukung penyembuhan stress dan trauma individu setelah mendapatkan musibah dan hal ini juga dapat meningkatkan resiliensi seseorang.
Faktor Komunitas
Faktor ini juga dapat mempengaruhi resiliensi seseorang. Sehingga masyarakat sekitar dapat memberikan pengaruh pada resiliensi seseorang seperti kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja.
Jadi kemampuan seseorang dalam mengahadapi suatu permasalahan atau kondisi yang terpuruk berbeda-beda, kemampuan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal seperti kognitif, konsep diri, harga diri dan kompetensi sosial; faktor keluarga seperti pengasuhan orang tua dan keterkaitan antar anggota keluarga; yang terakhir yaitu faktor komunitas atau masyarakat sekitar.
Pasangan merupakan seseorang yang kita pilih untuk mendampingi hidup kita, menjadi orang tua dari anak-anak kita dan menua bersama. Namun ada beberapa pasangan yang ditinggalkan kekasihnya karena kematian, hal tersebut tentunya akan menimbulkan goncangan dan perasaan-perasaan seperti kesepian, sedih, dan rasa duka. Kondisi ini juga membuat seorang wanita menjadi single mother yang membuatnya harus beradaptasi dengan kondisinya. Hal ini juga minyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik dan psikologis, terutama seringkali terjadi pada wanita ketika ditinggalkan oleh pasangannya. Maka dari itu perlunya resiliensi, yaitu kemampuan untuk menghadapi, bangkit dan beradaptasi dari kejadian yang berat dalam hidupnya yang memberikan perubahan pada keadaan orang tersebut. Pasca ditinggalkan oleh pasangannya tentu pasangan yang ditinggalkan berada pada fase duka, fase tersebut merupakan fase awal dari resiliensi. Dimana kemampuan resiliensi setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor individu atau internal, faktor keluarga, dan faktor komunitas. Dimana hal inilah yang akan membuat kemampuan resiliensi setiap orang berbeda-beda.