Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Timses Capres, (Mestinya) adalah Guru yang Layak Digugu dan Ditiru

24 Desember 2023   17:37 Diperbarui: 24 Desember 2023   17:37 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Dalang Picek sikile pira (kakinya berapa), jal?" adalah salah satu Cangkriman -pertanyaan permainan tebak-tebakan- ala anak-anak Suku Jawa yang sangat populer. Jika Anda bisa menjawabnya, bisa dipastikan Anda adalah orang Jawa yang berusia lebih dari 40 tahun atau punya pengalaman dan pergaulan intensif dengan Orang dan Budaya Jawa .

Sepertinya teknik analogi situasi seperti itulah yang diajarkan oleh Tim Sukses (Timses) salah satu pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Indonesia 2024 kepada kliennya untuk menghadapi (dan mengalahkan) mitra/lawan adu pendapat atau debat. Terlepas dari sah atau  tidaknya dan boleh atau tidaknya, model pertanyaan seperti itu ketika diajukan dalam sebuah forum serius dan resmi, di lingkup kenegaraan pula, mungkin sangat tidak tepat (sebenarnya kata "etis" bisa lebih pas, untuk menggantikan kata yang bercetak tebal, tetapi ada risiko tersendiri jika saat ini digunakan). 

- Mengapa tidak tepat atau tidak etis? 

Anda bisa bayangkan ketika sedang serius adu argumentasi berlandaskan fakta dan data, kemudian ditanya sesuatu yang sifatnya faktual dan empirik namun dengan bahasa selengekan (slang/slank), seperti pada Quote di awal tulisan, dengan bahasa tubuh atau gestur dan mimik serius, bukan dengan bercanda. Kemudian di saat yang sama Anda diberi jawaban yang sebenarnya Anda dan semua audience sudah tahu betul. Dongkol dan gondok, mungkin sangat tepat menggambarkan suasana hati dan perasaan Anda. 

-Sekedar informasi, pemahaman bebas sekilas tentang makna "Dalang Picek" adalah Seniman Wayang yang menyandang Tuna Netra. Tetapi dalam konteks Cangkriman, Dalang Picek adalah akronim dari Kadal, Walang, Sapi, Dan Cicak (Cecek). "Dongkol nggak?"

Dalam dunia pendidikan, para guru sudah diperkenalkan dengan PISA (Programme for International Student Assessment) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sejak 2018. Secara khusus para guru disiapkan untuk mampu menyusun soal-soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang memenuhi kriteria HOTS (High Order Thingking Skills), melalui pelatihan-pelatihan. 

HOTS adalah tingkatan berpikir tertinggi, dari tiga pola pikir yang ada, LOTS (Low Order Thingking Skills) dan MOTS (Medium Thingking Skills) yang diukur oleh PISA, dan menjadi standar pengukuran penguasaan literasi para siswa sekolah yang berusia antara 7 - 15 Tahun di seluruh dunia. 

Penguasaan Literasi secara umum dikategorikan pada tiga bidang utama, yaitu  Penguasaan Baca (tulis), Numerasi, dan Informasi. Meskipun kemudian dalam perjalanannya bidang literasi begitu luas, ada literasi religius, literasi teknologi, literasi finansial, literasi ekonomi, Sosial budaya, dan sebagainya, kesemuanya termaktub dalam tiga bidang utama tersebut.

Salah satu ciri dari soal berkriteria HOTS adalah ada sampiran atau informasi pendahuluan sebelum diberikan pertanyaan intinya. Dengan demikian, soal tersebut akan fokus pada konteksnya, sehingga jawabannya pun tidak akan jauh menyimpang dari konteks pertanyaan. Sekalipun sudah ada kisi-kisinya,  soal yang disusun berdasarkan kriteria HOTS bisa bervariasi konteksnya untuk setiap satu kisi-kisi. 

Informasi pendahuluan atau sampiran ini disebut juga sebagai stimulus, perangsang. Bentuknya bisa teks, gambar, suara, video, atau kombinasinya. Disebut stimulus karena sifat informasinya adalah merangsang agar pembaca berpikir tentang apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana fenomena terkait informasi tersebut. Setelah fokus pikiran pembaca (kalau sampirannya berupa teks) diarahkan melalui sampiran itu, kemudian konteksnya ditegaskan dalam rumusan pertanyaan. 

Begitulah, pada debat sesi pertama dan kedua, tipe pertanyaan yang diajukan oleh panelis kepada para pasangan capres-cawapres terasa begitu jelas dan fokus, baik materi maupun konteksnya. Pun dengan rumusan kalimat pertanyaannya, atau redaksinya. Karena memang para panelisnya adalah para ahli dalam bidangnya dan menguasai teknis penyusunan soal/pertanyaan yang baik dan benar. 

Pertanyaan yang baik dan benar itu mencakup tujuan penyusunannya, apakah untuk menguji, mengorek keterangan, mencari informasi, atau jajak pendapat atau mengedukasi, dan sebagainya. Pertanyaan para panelis yang (kebetulan?) merupakan para guru senior cukup menjelaskan gambaran ini.

Nah, bagaimana dengan pertanyaan antar pasangan capres-cawapres? 

Kita bisa melihat, mana pertanyaan-pertanyaan yang disusun, dirumuskan, dan kemudian dilontarkan oleh para pasangan calon kepada pasangan mitra/lawan debatnya yang memiliki beberapa ciri sebagaimana uraian di atas. Mereka yang berlatar belakang kependidikan yang baik, terlihat jelas bahwa tujuan pertanyaan, kualitas pertanyaan dan redaksi pertanyaannya berbeda dengan mereka yang berlatar belakang non kependidikan.

Mereka semua memiliki tim sukses, dan setiap tim sukses memiliki orang-orang yang membidangi setiap langkah kliennya. Jadi, jelas bahwa ada hubungan Patron - Klien antara paslon dengan tim suksesnya. Nah, dalam hal ini, Tim Sukses bisa diibaratkan seorang guru yang mempersiapkan berbagai langkah muridnya untuk menggapai apa yang menjadi tujuannya. 

Demikianlah, masa depan kita mungkin akan bisa kita baca dengan membaca hal-hal berikut :

  • Apa tujuan Sang Murid ? 
  • Apa tujuan Sang Guru? 
  • Apa yang menjadi landasan Tujuannya?
  • Apa yang menjadi pedoman langkahnya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun