Begitulah, pada debat sesi pertama dan kedua, tipe pertanyaan yang diajukan oleh panelis kepada para pasangan capres-cawapres terasa begitu jelas dan fokus, baik materi maupun konteksnya. Pun dengan rumusan kalimat pertanyaannya, atau redaksinya. Karena memang para panelisnya adalah para ahli dalam bidangnya dan menguasai teknis penyusunan soal/pertanyaan yang baik dan benar.Â
Pertanyaan yang baik dan benar itu mencakup tujuan penyusunannya, apakah untuk menguji, mengorek keterangan, mencari informasi, atau jajak pendapat atau mengedukasi, dan sebagainya. Pertanyaan para panelis yang (kebetulan?) merupakan para guru senior cukup menjelaskan gambaran ini.
Nah, bagaimana dengan pertanyaan antar pasangan capres-cawapres?Â
Kita bisa melihat, mana pertanyaan-pertanyaan yang disusun, dirumuskan, dan kemudian dilontarkan oleh para pasangan calon kepada pasangan mitra/lawan debatnya yang memiliki beberapa ciri sebagaimana uraian di atas. Mereka yang berlatar belakang kependidikan yang baik, terlihat jelas bahwa tujuan pertanyaan, kualitas pertanyaan dan redaksi pertanyaannya berbeda dengan mereka yang berlatar belakang non kependidikan.
Mereka semua memiliki tim sukses, dan setiap tim sukses memiliki orang-orang yang membidangi setiap langkah kliennya. Jadi, jelas bahwa ada hubungan Patron - Klien antara paslon dengan tim suksesnya. Nah, dalam hal ini, Tim Sukses bisa diibaratkan seorang guru yang mempersiapkan berbagai langkah muridnya untuk menggapai apa yang menjadi tujuannya.Â
Demikianlah, masa depan kita mungkin akan bisa kita baca dengan membaca hal-hal berikut :
- Apa tujuan Sang Murid ?Â
- Apa tujuan Sang Guru?Â
- Apa yang menjadi landasan Tujuannya?
- Apa yang menjadi pedoman langkahnya?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H