Siapa kompasianer yang tak kenal OmJay ? Kalau ada berarti jam terbangnya belum tinggi, istimewa kalau kompasianer pemula sudah kenal OmJay, setidaknya begitu pendapat saya, jika ternyata faktanya berbeda, itu bukan urusan saya.
Kunci sukses, satu hal yang banyak dijadikan sebagai komoditi dalam seminar motivasi, pelatihan-pelatihan kepribadian, bisnis, penulisan, dan dalam ceramah-ceramah pejabat. Tidak perlu saya tambah pejabat tinggi negara, pemerintahan atau yang lainnya, pokoknya pejabat.Â
Coba saja simak dan perhatikan, jika kita menghadiri atau mengikuti kajian (pengajian) dengan segala variasinya di manapun, jika menyangkut kunci sukses, hampir pasti salah satunya adalah konsistensi. Sampai saat ini yang paling saya ingat itu, kunci yang lain baru akan saya ingat kalau dipikirkan terlebih dulu.Â
Mengapa saya lebih intens mengingat konsistensi dibanding faktor penentu kesuksesan yang lain?
Pertama, sebagaimana Pancasila, di mana sila pertamanya yang ditempatkan di sana adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, saya berkecenderungan lebih memilih untuk berpihak pada hal-hal yang bersifat dan bersumber dari sana (Allah dan RasulNYA) dalam mengambil keputusan, khususnya terkait dengan hidup dan kehidupan.Â
Konsistensi adalah satu kunci yang diajarkan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW apabila kita ingin meraih RidhaNYA. Contohnya konsistensi dalam beribadah dalam rangka menjalankan perintahNYA. Allah lebih meridhai ibadah-ibadah kita yang -meski ibadah sepele dan sederhana- dilakukan secara terus menerus, Â daripada ibadah temporal yang tampak besar dan membutuhkan pengorbanan (biaya, waktu, tenaga) yang besar. Istilah yang paling umum kita dengar untuk ini adalah "Istiqomah".Â
Begitu beratnya menjaga konsistensi, sampai-sampai Rasulullah mengajarkan kita doa khusus khusus, mohon pada Allah agar diberikan kekuatan untuk bisa menjaga sikap Istiqomah ini.Â
Kedua, pengalaman empirik, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Baik pengalaman yang saya lihat secara langsung maupun yang saya baca dan lihat dari berbagai literatur. Rata-rata orang sukses dalam kehidupannya didukung oleh sikap dan perilakunya dalam menjalani satu atau beberapa ritual atau kegiatan yang tetap sepanjang hidupnya, atau dalam periode tertentu.
Siapa OmJay?
Mungkin sebenarnya tidak perlu saya ungkapkan di sini, karena kiprah dan karya beliau adalah jejak otentik yang begitu banyak bertebaran di mana-mana. Jelas saya tak akan bisa menyusurinya satu persatu dan kemudian mengungkapkan siapa beliau sesungguhnya, rasanya sangat tidak mungkin, akan tetapi bisa jadi mungkin jika saya punya waktu dan kesempatan lebih banyak.Â
Jadi, di bagian ini saya hanya akan bercerita saja tentang bagaimana saya terinspirasi dan mengambil pelajaran dari beberapa tulisan yang pernah saya baca dan masih saya ingat. Dan salah satu tulisan beliau beberapa hari yang lalu, yang disebarkan di grup WA Â kompasianer pendidik, telah menginspirasi saya, dan dari situ saya bisa mengambil satu asumsi -saya belum bisa menyimpulkan- bahwa beliau memiliki kunci untuk bisa sesukses sekarang.
Tulisan OmJay yang pernah saya baca di awal-awal bergabung di kompasiana adalah tentang perjuangan beliau mengembalikan Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang dihapus dari Kurikulum 2013. Banyak sekali argumentasi yang beliau ungkapkan tentang bagaimana pentingnya mata pelajaran tersebut bagi siswa dan masa depan Indonesia. Tidak hanya dalam satu dua artikel, tetapi dalam berbagai artikel di berbagai platform.Â
Tulisan terakhir (yang saya baca) sebenarnya sebuah tulisan ringan, namun memiliki pesan mendalam, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Intinya adalah saat itu beliau sedang kurang sehat, dan sedang beristirahat di rumah sendirian, karena anggota keluarga yang lain sedang beraktifitas di luar.Â
Batuk pilek yang beliau rasakan akhirnya sedikit terlupakan karena beliau asyik menuliskan apa yang beliau rasakan dan apa yang beliau pikirkan. Di dalam kisahnya, ada beberapa tips berinternet yang baik dan beberapa teknik mengembangkan literasi, termasuk suasana saat itu beliau gambarkan dengan deskripsi yang sangat jelas.Â
Dari situlah saya terinspirasi, jika dalam keadaan kurang sehat saja masih terus berkarya, apa lagi dalam keadaan sehat. Jika sudah berstatus Doktor saja beliau masih mau menulis hal-hal yang ringan, apalagi jika belum berstatus doktor. Jika sudah memiliki kehidupan yang mapan saja masih terus berkarya, apalagi jika belum mapan. dan seterusnya jika, jika, jika, ...Â
Kemudian semua jika itu dialamatkan ke saya pribadi dengan kalimat, "apalagi saya yang segalanya berkebalikan dengan beliau, maka sudah sewajarnya, kalau ingin sukses, saya harus konsisten terus menulis dan berkarya seperti OmJay".
Demikian, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H