Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Rusuh Massa: Dampak Nyata FoF

31 Maret 2023   21:01 Diperbarui: 31 Maret 2023   21:04 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mari kita tengok ke belakang, kita buka halaman memori kita pada beberapa langkah sebelum sampai di titik ini, titik yang bagi KPU dan Jokowi-KH Ma'ruf Amin bisa jadi sebuah titik akhir pemilu, namun menjadi titik awal Prabowo-Sandi melakukan perjuangan tahap berikutnya.

Pada akhir tahun 2018 lalu, heboh kebohongan RS -yang sampai sekarang sidangnya belum selesai- melambungkan teknik kampanye FoF yang digunakan oleh para kandidat presiden di beberapa negara, termasuk yang paling sukses dan mengejutkan adalah keberhasilannya memenangkan Donal Trump. Dengan terungkapnya kebohongan RS, taggar di media sosial yang langsung menjadi hits adalah "SemburanDusta", yang merupakan terjemahan bebas dari Firehose of Falsehood. 

#ada beberapa komentar yang agak lucu karena dengan penuh PDnya menulis firehouse.

Hampir semua analis pada saat itu berpendapat yang arahnya hampir sama, bahwa teknik tersebut digunakan oleh tim kampanye Prabowo-Sandiaga Uno. Analisis mereka berdasar pada peristiwa RS dan (kemudian nemu) beberapa peristiwa lain yang diindikasikan sebagai bagian dari teknik tersebut. Termasuk analis yang secara ilmiah menjelaskan pola kerja teknik tersebut berdasar ilmu Neurologi dan beberapa cabangnya. 

Terlepas dari benar dan tidaknya penggunaan teknik FoF saat kampanye oleh Prabowo - Sandi, yang perlu digaris bawahi adalah adanya dampak negatif dari penggunaan teknik tersebut, yakni munculnya rasa benci pada pihak lain yang berbeda pendapat. Dan perasaan benci tersebut akan berkembang menjadi benci pada segala hal yang berbeda dengan apa yang dipikirkannya, benci pada orang-orang yang beda agama, beda kelas, beda kesenangan, beda pilihan, beda ideologi dan seterusnya. 

Sekarang, 2023, ketika saya update tulisan ini, setahun menjelang tahun politik, tampak adanya tanda-tanda yang mulai muncul. Issue tentang rusuh massa dalam bentuk lain, namun polanya mirip, mulai dimunculkan bibitnya. Alias disemai.

Oleh siapa? Media sosial dan media online.

Media sosial dan media onkine yang mana? 

Secara kasat mata jika dicermati demgan seksama akan terlihat. Terlepas dari tujuan untuk menaikkan rating media tersebut, ada artikel dan status yang selalu mengangkat hal-hal sensitif yang menegangkan dua kutub polarisasi yang terbentuk pada 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun