Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ucapanku adalah Doaku

24 Desember 2023   18:53 Diperbarui: 24 Desember 2023   19:01 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mengapa ?

Malam itu aku tidak makan besar usai buka puasa seperti biasanya, hanya makan camilan seadanya yang tentu saja ukurannya sangat jauh dari mencukupi untuk mengganti energi yang aku lepas dengan penuh semangat saat mengecat dan bersih-bersih pekarangan pada siang harinya. Makan besar baru aku lakukan saat pukul 00.lebih sekian menit, takarannya pun hanya sekedarnya.

sebelum sampai pada sebab utamanya, penelusuran bathin aku menemukan bahwa malam hari sebelumnya, Kemarin sore saat masih H-2, sambil duduk-duduk bersama istri menemani anak-anak menunggu tiba waktu shalat isya' dan Taraweh, terluncur/tercetus dari bibir, "kok rasa-rasane sesuk kaya ora arep badan (di beberapa daerah di Jawa sudah umum menyebut lebaran dengan Bada atau badan -dengan lafal huruf "d" posisi lidah tidak di langit-langit mulut tetapi di antara gigi depan atas dan bawah )". Istripun sempat menimpali meski mungkin salah dengar sehingga timpalannya dengan kalimat, "pancen sesuk badan".
Sialnya, aku tegaskan saat itu juga dengan kalimat pendek, "lha iya, rasane kaya ora arep badan".

Dan, "Kun fayakun", apa yang dikehendaki terjadi oleh-NYA maka terjadilah, tidak perlu menunggu lama hingga kusadari apa yang kuucapkan, Allah jadikan pada pagi hari 1 Syawal 1439 H kondisiku tak memungkinkan untuk merayakan hari kemenanganku atas perangku melawan nafsu pada detik-detik terakhir dengan penuh kebahagiaan, justru keprihatinan mendalam oleh karena istri dan anak-anakku pun ikut menanggung akibatnya. Bahkan tetangga kiri kanan dan saudara jauh maupun dekat otomatis tidak mendapat kunjunganku sebagaimana biasanya. Semoga mereka semua benar-benar dalam suasana memaafkan, hingga ketidakhadiranku sekeluarga tidak menimbulkan syak wasangka daam hati mereka.

Begitulah, peristiwa besar dalam hidupku sebelumnya juga ada beberapa,  bahkan bisa dibilang banyak setelah kucoba telusuri melalui perenungan mendalam, yang merupakan akibat dari ucapan, baik disengaja ataupun tidak, baik positif maupun negatif. Bahkan, sempat dalam beberapa waktu tema itu selalu aku sampaikan pada anak-anakku di kelas setiap kali kegiatan belajar mengajar, bahwa apa yang kita ucapkan adalah doa, jadi mari berhati-hati dengan ucapan.

Wallahu'alam bishawab

NB : Pass banget, selesai kutulis ini tampil clue di RTV pukul 17.33 "Hidup dan mati seseorang dikuasai lidah, barang siapa gemar menggemakannya akan menuai berkah"

#Klimbungan 1 Syawal 1439 / 20180615

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun