Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menerawang Efektivitas Gerakan Literasi Sekolah

25 Juni 2024   14:55 Diperbarui: 25 Juni 2024   18:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah dituntut untuk melaksanakan kegìatan literasi dengan basis gerakan yang bervariasi, ada yang berbasis sekolah, kelas, mata pelajaran, guru dan tendik, bahkan juga linbkungan rumah. 

Aneh, kan? Gerakan sekolah tapi berbasis tempat tinggal siswa. Tapi, ya ben wae, lah, bisa apa sih guru dikdas di sekolah ndesa, lagpula, bentar lagi juga ganti kebijakan. 

GLS berbasis sekolah yang paling umum adalah gerakan membaca buku di luar jam pelajaran reguler.  Ide ini awalnya dari Mendikbud saat dijabat oleh Anies Baswedan, yang menginstruksikan agar siswa dibiasakan membaca buku selama limabelas menit sebelum mulai kegiatan pembelajaran. 

Bagus? Tentu saja, bukan hanya bagus, bahkan  sangat bagus! Tapi efektifkah dalam pelaksanaannya? 

Jika pertanyaan ini adalah kuisioner dalam akreditasi sekolah atau penilaian kinerja (kepala) sekolah, maka hampir semua sekolah memiliki jawaban lengkap, berupa laporan kegiatan dan bukti fisiknya, bahkan hasil kegiatan beserta nilainya. 

Selain di waktu pagi, diberikan juga alternatif di waktu istirahat. Siswa dianjurkan mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku untuk dibaca di tempat ataudibawa pulang. 

Sekali lagi pertanyaan yang sama kita ajukan, "efektifkah pelaksanaannya?" dan tentu saja jawabannya juga sama, lengkap dengan tetek bengeknya. 

Pagi sudah baca buku, istirahat juga baca buku, kira-kira kapan lagi anak-anak 'harus' baca buku? Sebelum pulang, setelah sampai di rumah, sore hari, malam hari atau kapan lagi? 

Begitu semangatnya mengadakan sebuah gerakan baru, sampai lupa bahwa anak-anak juga manusia, yang punya keinginan dan kesenangan, yang punya dunia lain selain tentang membaca atau berliterasi baca tulis dan sastra tekstual. 

Dan yang terpenting, lupa bahwa inti dari pembelajaran adalah memerdekakan, sesuai jiwa kurikulum merdeka. Juga prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Penyusunan program juga harus memperhatikan kebutuhan siswa.  

Siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun