Pertanyaannya mestinya sesuai akronim adiksimba agar analisisnya, eh, terawangannya sedikit ilmiah, tapi ini tidak, wong sudah saya tegaskan di awal, kan?
GLS ini pelaksananya adalah seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah sampai penjaga malam. Hebat sekali, kan? karena gerakan ini adalah tonggak untuk Indonesia emas 2025, eh, diundur jadi 2030.
Untuk kejayaan bangsa di masa depan, perlu adanya kerja sama, program harus dilaksanakan oleh semua pihak, seperti halnya mestakung dan teori quantum.
Tibalah saatnya kita kembali bertanya, efektifkah?
Jawabannya masih seperti di awal itu? Tidak, kita sudah punya teknologi canggih berbasis IT, singkatan dari Teknologi Informasi (kebalik ya luweh).
Sejak peniadaan Ujian Nasional, negara tetap punya tugas dan wewenang mengukur proses pendidikan di sekolah secara nasional. Bahkan bukan hanya mengukur proses pendidikan di sekolah, juga di rumah dan kebun, sawah, ladang, hutan, pantai, danau, laut, sungai dan lain-lain. Pokoknya yang disebut sebagai lingkungan tempat hidup para siswa Indonesia. Ditanyakan dalam survay lingkungan belajar, melalui internet, secara serentak di seluruh pelosok negeri.
Setelah mencermati pertanyaan dan jawaban di atas, yang secara normatif begitu ideal, yang berarti 'sempurna' sehingga mendapat nilai A untuk akreditasi dan penilaian kinerja, namun fakta bahwa secara umum siswa di Indonesia kesulitan mengerjakan soal berstanďar PISA, atau soal berbasis literasi dan numerasi, tidakkah ini merupakan sebuah kontradiksi?
Mari, sebagai kompasianer, setidaknya kita bisa berpikir dan berbuat lebih jujur, normatif, sekaligus pragmatis tanpa meninggalkan idealisme, baik yang sifatnya lokal, nasional maupun universal, dengan semangat literasi yang kita punya, mulai dari yang kecil dan sederhana saja, demi masa depan bangsa.
Anak-anak kita sudah sangat memprihatinkan akibat pembodohan dan pengabaian sepanjang pandemi dan pasca pandemi. Buahnya mulai terasa sekarang ini, di mana-mana sikap dan perilakunya menjadi bahan omongan generasi pendahulunya. .
Sangat memprihatinkan, semoga pemi pin baru yang akan datang mampu mengubah ini semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H