Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menerawang Efektivitas Gerakan Literasi Sekolah

25 Juni 2024   14:55 Diperbarui: 25 Juni 2024   18:35 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pertanyaannya mestinya sesuai akronim adiksimba agar analisisnya, eh, terawangannya sedikit ilmiah,  tapi ini tidak, wong sudah saya tegaskan di awal, kan? 

GLS ini pelaksananya adalah seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah sampai penjaga malam. Hebat sekali, kan? karena gerakan ini adalah tonggak untuk Indonesia emas 2025, eh, diundur jadi 2030. 

Untuk kejayaan bangsa di masa depan, perlu adanya kerja sama, program harus dilaksanakan oleh semua pihak, seperti halnya mestakung dan teori quantum. 

Tibalah saatnya kita kembali bertanya, efektifkah? 

Jawabannya masih seperti di awal itu? Tidak, kita sudah punya teknologi canggih berbasis IT, singkatan dari Teknologi Informasi (kebalik ya luweh). 

Sejak peniadaan Ujian Nasional, negara tetap punya tugas dan wewenang mengukur proses pendidikan di sekolah secara nasional. Bahkan bukan hanya mengukur proses pendidikan di sekolah, juga di rumah dan kebun, sawah, ladang, hutan, pantai, danau, laut, sungai dan lain-lain. Pokoknya yang disebut sebagai lingkungan tempat hidup para siswa Indonesia. Ditanyakan dalam survay lingkungan belajar, melalui internet, secara serentak di seluruh pelosok negeri.  

Setelah mencermati pertanyaan dan jawaban di atas, yang secara normatif begitu ideal, yang berarti 'sempurna' sehingga mendapat nilai A untuk akreditasi dan penilaian kinerja, namun fakta bahwa secara umum siswa di Indonesia kesulitan mengerjakan soal berstanďar PISA, atau soal berbasis literasi dan numerasi, tidakkah ini merupakan sebuah kontradiksi? 

Mari, sebagai kompasianer, setidaknya kita bisa berpikir dan berbuat lebih jujur, normatif, sekaligus pragmatis tanpa meninggalkan idealisme, baik yang sifatnya lokal, nasional maupun universal, dengan semangat literasi yang kita punya, mulai dari yang kecil dan sederhana saja, demi masa depan bangsa. 

Anak-anak kita sudah sangat memprihatinkan akibat pembodohan dan pengabaian sepanjang pandemi dan pasca pandemi. Buahnya mulai terasa sekarang ini, di mana-mana sikap dan perilakunya menjadi bahan omongan generasi pendahulunya. . 

Sangat memprihatinkan, semoga pemi pin baru yang akan datang mampu mengubah ini semua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun