Mohon tunggu...
m aafi
m aafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pengabdi negara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Kak Jerome dan Kak Maudy di Masa Depan

1 Januari 2022   23:12 Diperbarui: 1 Januari 2022   23:25 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan suatu hal yang vital dalam perkembangan suatu negara. Tanpa Pendidikan, bidang kehidupan lainya pun tak dapat dijalankan secara maksimal. Berbagai negara majupun telah membuktikan hal ini, seperti Finlandia, Korea, Amerika Serikat, dan masih banyak lagi. Kesuksesan negara negara tersebut dalam membangun Pendidikan bukan diraih hanya dalam waktu setahun atau dua tahun. Tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membangun sistem Pendidikan yang compact dan dapat menyokong bidang bidang kehidupan lainya sehingga negara tersebutpun menjadi sebuah negara maju dan berhasil.

        Lalu apa yang salah dengan Indonesia?. Sampai saat ini Indonesia belum bias dikatakan sebagai negara maju. Padahal melihat dari sumber daya alamnya, Indonesia menjadi negara terkaya didunia. Namun sayang, fakta tersebut belum dapat diimbangi secara baik dengan kualitas sumberdaya manusia yang ada di negara ini. Tentu sekarang saudara saudara paham, mengapa saya membuat prolog berisi Pendidikan. Benar sekali, kedua hal ini sangat berkaitan. Buruknya sumberdaya manusia di Indonesia terjadi tidak lain dan tidak bukan karena rendahnya kualitas Pendidikan dan sistem pembelajaran yang berlaku di negeri dengan nama lain 'Jamrud khatulistiwa' ini.

        Sekarang, kita perlu untuk meruncingkan pertanyaan sebelumnya menjadi, Apa yang salah dengan Pendidikan dan system pembelajaran yang berjalan di Indonesia? Tentu saudara saudara muda mengetahui siapa itu Jerome Poline dan Maudy Ayunda, keduanya sama sama kuliah di luar negeri, keduanya sama sama idola kaum muda terlebih yang memiliki minat lebih di bidang akademik, keduanya merupakan artis yang berkarya melalui platform dan cara mereka masing masing. Dari semua kesamaan tersebut, ada satu kesamaan yang membuat saya menjadi kagum kepada mereka berdua yaitu, keduanya sama sama ingin menjadi Menteri Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih mencengangkan lagi, ketika saya melihat podcast di sebuah channel youtube, Jerome menceritakan bahwa cita-citanya itu telah ia impikan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, satu hal menarik yang membuat saya tertarik dengan influencer satu ini.

Menurut saya, menteri pendidikan merupakan posisi yang sangat menentukan dalam sebuah negara. Secara logika karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting, maka orang yang memegang kendali akan hal tersebut berarti memiliki tanggung jawab yang besar pula dalam suatu negara. Namun melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, banyak sekali PR yang harus dikerjakan oleh seorang menteri pendidikan, banyak sekali lubang lubang hitam yang menjadi celah buruknya pendidikan di Indonesia. Sebelum melihat lubang tersebut mari sekilas menilik bagaimana jalanya pendidikan di negara matahari terbit. Jepang melakukan proses pembelajaran yang cenderung sedikit di sekolah, jadi para siswanya diberikan kesempatan untuk mengeksplor diri lebih banyak di luar kurikulum pembelajaran sekolah. selain itu, mata pelajaran yang diajarkanpun lebih sedikit jika dibandingkan dengan sekolah di Indonesia. Namun, para siswa di Jepang memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab yang tinggi. Tak hanya itu kesadaran masing masing siswapun sangat tinggi, baik dalam belajar, mengembangkan minat, kebersihan, sampai kebiasaan berfikir kritis.

Masuk ke pendidikan Indonesia. kita semua tahu, sekarang pendidikan indonesia ada di tangan pendiri start-up besar dan sukses di Indonesia yaitu Nadiem Makarim. Kebijakan kebijakan barupun di adakan, perubahan perubahan juga mulai dilaksanakan baik itu dalam skala kecil maupun besar. Kita bersamapun tahu, membangun sebuah pendidikan tidak hanya setahun atau dua tahun, namun membutuhkan proses yang sangat panjang sehingga menjadi semacan adat dan kebiasaan. Namun, sampai saat ini langkah serta perubahan yang dilakukan penemu Gojek tersebut masih dirasa belum efektif dan belum stabil. Pandemi pun sedikit banyak menyumbang peran dalam ketidak stabilan dan ketidak efektifan pendidikan di Indonesia saat ini. Belum tuntas mencoba formula A, sudah buru-buru berganti ke formula B. sulit melihat suatu perubahan besar dalam jangka waktu yang pendek. Namun, degan konsistensi sepertinya Indonesia mampu bersaing dengan negara negara lainya.

Selain itu, sistem yang dibangun juga belum tepat. Dalam teorinya sebenarnya sudah sangat bagus, seperti memfokuskan pembelajaran pada bentuk diskusi agar memicu pikiran kritis masing masing siswa, atau mengutamakan pendidikan karakter dan pemahaman materi daripada menghafal. Namun, dalam praktek lapangan saya rasa masih kurang dan belum bisa diwujudkan secara maksimal. Contohnya saja, mengutamakan pembelajaran dengan sistem diskusi malah dimanfaatkan oleh sejumlah ognum guru di Indonesia untuk bersantai duduk di kursi guru dan meminta anak didiknya untuk membuat materi sendiri, presentasi sendiri, sampai menjawab pertanyaan dari temanya sendiri. Bagus, benar sangat bagus, tapi hal ini memicu katkanlah seorang guru untuk bermain hape dikelas tanpa memerhatikan apakah yang sedang didiskusikan murid muridnya sebuah kebenaran atau sesuatu yang masih perlu diluruskan. padahal peran fundamental seorang guru ada disana adalah memberikan peringatan apabila ada salah seorang anak didik yang memiliki pemikiran yang belum benar. 

Intinya, Indonesia masih kurang dalam pendisiplinan praktek atas teori dan strategi yang sebenarnya sudah tergolong bagus. Menurut saya, pekerjaan yang berhak mendapatkan gaji tertinggi bukanlah seorang dokter atau bahkan pilot pesawat terbang, melainkan seorang guru yang tulus dan bersungguh sungguh mentransfer segala ilmu yang dimilikinya dengan ikhlas kepada anak anak didiknya. Karena pendidikan Indonesia sebenarnya bukan di tangan seorang menteri pendidikan, melainkan guru dengan segala keuletanya. PR besar bagi kak Jerome dan kak Maudy jika nantinya benar benar menjadi seorang menteri pendidikan tersebut adalah memberikan pengajar yang berkualitas pada sekolah di setiap sudut negara Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun