Peristiwa bersejarah. Komunitas penulis dan pelukis di kota Malang pertama kali menyelenggarakan pertemuan bertajuk “Dialog Mbois Kreatif: Sharing Seni Rupa Malang”. Dialog berlangsung pada Minggu, 12 Mei 2024. Dialog dihadiri oleh 34 peserta. Lokasinya di Kopitiam-Morse, Jl. Trunojoyo No. 4 Kota Malang (depan Stasiun Malang Kota Baru).
Dialog itu disebut bersejarah, setidaknya karena pertemuan itu merupakan kolaborasi pertama kali yang dilakukan antara para penulis yang tergabung dalam Blogger Kompasiana Malang (Bolang) dan para pelukis yang tergabung dalam komunitas Asta Citra Perupa Malang (ACPM).
Dari 34 peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut, tercatat dalam daftar presensi yang disiapkan oleh Mas Hery Supriyanto, ada 15 penulis dari Bolang dan 19 pelukis dari ACPM. Dialog itu menghasilkan kesepakatan untuk mendokumentasikan sosok dan karya para pelukis melalui tulisan yang dibukukan.
Aturan mainnya adalah setiap penulis dipasangan dengan pelukis yang akan digali sosoknya. Untuk memperkuat validitas tulisan, penulis mewawancarai lagi rekan pelukis yang mengenalnya. Ini seperti teknik cek antar sumber yang dilakukan dalam riset kualitatif. Outputnya adalah buku dokumentasi yang menggambarkan sosok pelukis.
Harapannya, diperoleh informasi yang lebih baik tentang peta kompetensi pelukis dari aliran naturalis, realis, atau kontemporer. Bahkan, terpetakan pula perpaduan antar aliran, seperti aliran realis naturalis, realis kontemporer, palet realis naturalis, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, Malang punya dokumen bersejarah yang memuat sosok, karya, dan aliran seni lukis atau perupa. Kegiatan ini merupakan bagian kecil dari membangun ekosistem seni lukis di Malang Raya.
Sekedar contoh, Malang punya Ari Armed yang dikenal sebagai sosok penulis aliran palet naturalis. Lukisan alamnya pernah laku seharga Rp 15 juta, dibeli tanpa ditawar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Begitu pengakuan Ari Armed saat saya wawancarai di rumahnya kala itu (7/5/2024).
Ada lagi Hanz Bethzy, pelukis perempuan aliran realis kontemporer. Hanz Betzhy yang punya nama asli Susi Andayani itu merupakan pelukis otodidak. Ia pernah melayani pelanggan seorang ibu dari Amerika Serikat lewat media sosial. Mbak Hanz diminta melukis anjing kecil untuk anak ibu tersebut. Hal itu saya peroleh darinya lewat obrolan ringan dengannya, di sela-sela Dialog Mbois Kreatif yang berlangsung di Kopitiam-Morse, Kota Malang kala itu (12/5/2024).
Bayangkan, jika penulis tidak menulis, dan pelukis tidak melukis. Eksistensi mereka tidak ada, bukan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!