Di kedai ini. Ada dimensi spiritual. Ada dimensi wirausaha. Ada unsur seni lukis yang bahan bakunya dari cethe. Filosofinya begitu menggoda hewan yang berpikir.
Itulah Kedai Cangkir Laras. Pengelola sekaligus ownernya adalah Sawir Wirastho. Alumnus S1 Seni Rupa dari salah satu kampus ternama di Kota Malang.
Kedai itu mengintegrasikan toko kopi (memakai rak), kedai kopi (bisa lesehan), mini perpustakaan (buku-buku bacaan), dan seni lukis (lukisan dari cethe) yang ia buat sendiri.
Cangkir Laras juga mengusung filosofi yang unik dan bermakna. Mau tahu? Inilah cerita versi saya.
Cangkir Laras: Perpaduan Kedai, Toko, Perpus, & Seni Lukis
Rabu petang itu, selepas shalat maghrib, kami mengunjungi Kedai Cangkir Laras atas undangan komunitas Bolang Kompasiana (31/05/2023). Kami mengunjungi Kedai Cangkir Laras yang beralamatkan di Jl. Magelang No. 11 Kota Malang.
Saya ternyata datang paling awal. Kesempatan ini saya buat untuk melihat-lihat, katakanlah observasi pendahuluan.
Seperti umumnya kedai, tersedia meja kursi dan tempat lesahan untuk ngopi ala Cangkir Laras. Karena itulah, menurut pemiliknya, tempat ini disebut kedai. Kedai Cangkir Laras. Suasananya santai, rilek, dan bebas dari pressure. Kaki bisa slonjoran, hehe :)
Di tempat ini, terpajang rak dilengkapi dengan produk-produk kopi kemasan dan produk herbal. Anggaplah seperti sebuah etalase toko. Karenanya, pemiliknya menyebutnya Toko Cangkir Laras saat memasarkan produk-produknya di Medsos, begitu jelas Sawir Wirastho pada saya.
Sementara itu, di sebuah sudut terdapat buku-buku bacaan tertata rapi. Anggaplah semacam mini perpustakaan.