Pada Selasa pagi (28/8/2018), Indonesia "naik kelas" untuk sementara di Asian Games 2018. Pasalnya, Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan raihan 22 emas, menggeser posisi yang sebelumnya diduduki Iran (17 emas). Emas-emas untuk Indonesia didominasi oleh para atlit dari cabor pencak silat. Apa keistimewaannya?
Setelah itu, prestasi Indonesia di Asian Games seolah "tenggelam". Padahal, Indonesia tak pernah absen selama mengikuti 17 kali event Asian Games yang berlangsung sejak tahun 1951 di New Delhi (India) hingga tahun 2014 di Incheon (Korea Selatan).
Dari National Branding Menuju KaizenÂ
Bersyukur, Indonesia ditunjuk kembali sebagai tuan rumah Asian Games 2018 yang penyelenggaraannya disupport APPSinarmas ini berhasil mencapai prestasi melampaui capaian Asian Games di era Soekarno.
Jika sebuah negara memiliki prestasi tinggi di bidang olah raga, maka prestasi itu menjadi cermin bagi kekuatan sebuah negara. Dunia akan melihat, ada apa di balik prestasinya di level internasional? Mengapa ada negara yang berprestasi, sementara sebagian besar negara yang lain tidak? Ada banyak kemungkinan jawaban.
Ambil contoh, Jepang. Di Asian Games 2018, Negeri Sakura itu bertengger di peringkat kedua. Seorang atlitnya yang bernama Rikako Ikee (18), mampu menyapu bersih enam medali emas di cabor renang, bahkan menciptakan rekor baru atas nama dirinya.
Dunia akan melihat, betapa mutu telah menjadi budaya warga Jepang. Dalam kehidupan sehari-hari, warga Jepang dikenal memiliki spirit kuat ala Bushido, Samurai, Kaizen, dan lain sebagainya.
Dengan Kaizen misalnya, warga Jepang akan terdorong untuk selalu melakukan hal terbaik. Bila menemui kesalahan, maka kesalahan itu akan segera diikuti dengan tindakan perbaikan berkelanjutan hingga mencapai puncak keberhasilan.
Emas Untuk Indonesia Bertumpu pada Kekuatan Lokal
Sementara Indonesia, memanen medali emas dari cabor pencak silat. Sebelas atlit pencak silat berikut ini, mampu menyumbang delapan emas (27/8/2018).
- Yola Primadona Jampil dan Hendy (Ganda Putra),
- Nunu Nugraha, Asep Yuldan Sani dan Anggi Faisal Mubarok (Regu Putra),
- Iqbal Candra Pratama (Kelas D Putra: 60-65 Kg,
- Komang Harik Adi Putra (Kelas E Putra: 65-70 Kg),
- Aji Bangkit Pamungkas (Kelas I Putra: 85-90 Kg),
- Puspa Arumsari (Tunggal Putri),
- Sarah Tria Monita (Kelas C Putri: 55-60 Kg).
- Abdul Malik (Kelas B Putra: 50-55 Kg).
Rupanya, pencak silat menjadi kekuatan utama kontingen Indonesia di ajang Asian Games. Pencak silat berhasil menyapu bersih delapan medali emas untuk Indonesia. Sementara medali perunggu disumbangkan oleh Amri Rusdana (Kelas F Putra: 70-75 Kg).
Capaian di atas, seolah hendak menegaskan bahwa Indonesia sebagian besar bertumpu pada kekuatan lokal.Â
Sementara ini, pencak silat belum merupakan cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo. Berbeda dengan cabor panjat tebing (climbing), merupakan cabor yang baru akan dipertandingkan di ajang kelas dunia itu.Â
Ke depan, tantangan Indonesia menuju Olimpiade cukup berat. Jadi, kita patut bersiap sedini mungkin dan tidak terjebak pada euforia raihan emas Asian Games 2018.
Apa yang Patut Dilakukan ke depan?
Patut disadari, capaian Indonesia (22 emas) ini masih jauh di bawah posisi China (84 emas), Jepang (43 emas), dan terpaut sedikit dengan Korea Selatan (28 emas). Emas-emas itu masih akan bertambah terus hingga Asian Games berakhir pada 2 September 2018.
Uniknya, olahraga favorit seperti sepak bola, Indonesia masih relatif jauh tertinggal dari negara-negara lain. Mungkin hal ini menggambarkan betapa kerja sama dalam tim besar itu menjadi salah satu "masalah krusial" bagi Indonesia.
Jika Indonesia sukses mendulang prestasi di setiap event olahraga antar bangsa (level dunia), ada tanda-tanda Indonesia berkembang secara signifikan.
Prestasi Indonesia di Asian Games 2018 merupakan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi national branding bagi Indonesia di mata dunia.
Melaui Asian Games 2018, berharap tercipta "pemain-pemain" terbaik di lapangan dan di luar lapangan yang terbiasa menjadi "pemenang" tanpa harus menjadi "pecundang"!
Agar Indonesia "naik kelas" di mata dunia.
Wallahu alam.