Rupanya, pencak silat menjadi kekuatan utama kontingen Indonesia di ajang Asian Games. Pencak silat berhasil menyapu bersih delapan medali emas untuk Indonesia. Sementara medali perunggu disumbangkan oleh Amri Rusdana (Kelas F Putra: 70-75 Kg).
Capaian di atas, seolah hendak menegaskan bahwa Indonesia sebagian besar bertumpu pada kekuatan lokal.Â
Sementara ini, pencak silat belum merupakan cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo. Berbeda dengan cabor panjat tebing (climbing), merupakan cabor yang baru akan dipertandingkan di ajang kelas dunia itu.Â
Ke depan, tantangan Indonesia menuju Olimpiade cukup berat. Jadi, kita patut bersiap sedini mungkin dan tidak terjebak pada euforia raihan emas Asian Games 2018.
Apa yang Patut Dilakukan ke depan?
Patut disadari, capaian Indonesia (22 emas) ini masih jauh di bawah posisi China (84 emas), Jepang (43 emas), dan terpaut sedikit dengan Korea Selatan (28 emas). Emas-emas itu masih akan bertambah terus hingga Asian Games berakhir pada 2 September 2018.
Uniknya, olahraga favorit seperti sepak bola, Indonesia masih relatif jauh tertinggal dari negara-negara lain. Mungkin hal ini menggambarkan betapa kerja sama dalam tim besar itu menjadi salah satu "masalah krusial" bagi Indonesia.
Jika Indonesia sukses mendulang prestasi di setiap event olahraga antar bangsa (level dunia), ada tanda-tanda Indonesia berkembang secara signifikan.
Prestasi Indonesia di Asian Games 2018 merupakan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi national branding bagi Indonesia di mata dunia.
Melaui Asian Games 2018, berharap tercipta "pemain-pemain" terbaik di lapangan dan di luar lapangan yang terbiasa menjadi "pemenang" tanpa harus menjadi "pecundang"!