Saya sangat terkesan dengan spirit rombongan asal Jabodetabek dan Bandung. Mereka mengusung semangat kebersamaan saat menuju lokasi Indonesia Community Day (ICD) 2018, Kota Malang (5/8/2018). Untuk kelancaran komunikasi, mereka membuat "Group Sepur".
Ada pula yang rela bersolo driving, seperti tulis kompasianer ini, "Perjuangan 'Solo Driving' 100 Km Demi Menghadiri ICD".
*******
Minggu siang, pukul 12.00 Wib. Di sela-sela acara ICD, kami dari Bolang mengantarkan rombongan asal Jabodetabek meluncur ke Warung CakPer. Jauhnya sekitar 500 meter dari Taman Krida Budaya, tempat berlangsung ICD.
Warung Ayam Bawang CakPer rasanya cocok buat rapat, arisan, reunian, atau buka bersama, seperti saat kami makan bersama rombongan asal Jabodetabek.Â
Warung Cak Per mengusung konsep prasmanan. Buka 24 jam. Harga ramah di kantong, berkisar antara 8.000-15.000 rupiah. Pelanggan ambil makanan sendiri sesuka hati.
Saya menikmati ayam bakar dan sambal hijaunya, salah satu unggulan warung CakPer. Tersedia pula ayam krispi tempura, sosis, teriyaki, terong, dan tujuh varian sambalnya yang cukup menggoda. Keseruannya, diungkap oleh pemilik akun ini.
*******
Saat jeda makan, seorang kawan dari Bolang yang duduk persis di samping saya, bertanya kepada salah seorang anggota "Group Sepur" asal Jakarta.
"Bagaimana pandangan Anda tentang Malang dari perspektif sosiologi"?
"Saya tadi malam jalan-jalan ke alun-alun. Setiap ada alun-alun di kota-kota lain, pada umumnya terdapat banyak warung makanan di sekelilingnya. Di Malang tidak demikian, ini pasti ada faktor lain", jawab kompasianer senior itu cukup menarik. Â
"Oh... ternyata orang-orang berkumpul di dekat kawasan perguruan tinggi, sekitar Soekarno Hatta. Wajar jika warung-warung makanan bertebaran di kawasan ini", dia berargumen. Lalu terjadilah diskusi kecil di antara kami, termasuk Cak Ferry Angga.
******
Melihat potensi kuliner Malang, si owner menangkap peluang dengan mendirikan Warung Ayam Bawang Cak Per di Jl. Soekarno Hatta (Suhat), dekat jembatan Suhat dan kampus besar. Ya, karena di sini ada pasar potensial. Ada permintaan, ada penawaran. Jika bertemu, pasar tercipta.
Wajar jika para artis ternama di Indonesia mencoba membuka bisnis kuliner di kota pengusung slogan Beatiful Malang. Ada Struddle, Kue Lapis, Asik, Cokelat Klasik, dan lain-lain. Terbaru, warung Upnormal sudah masuk kota Malang. Persaingan menjadi tak terelakkan. Ada yang tumbuh pesat, ada yang sebaliknya.
*******
Nah, untuk dapat tetap eksis, warung CakPer sengaja memilih lokasi yang strategis, harga kompetitif, parkir luas, dan mengusung konsep prasmanan. Jalan Soekarno Hatta yang dipilihnya. Karenanya, warung ini sering dikenal dengan nama Warung CakPer Suhat.
Menurut Ferry Angga, warung ini pertama kali didirikan pada April 2016. Hingga saat ini, CakPer telah membuka 6 cabang di kota Malang. Karena buka 24 jam, maka pekerjaan karyawan dibagi menjadi tiga shift. Jumlah karyawannya ada 6-8 orang.
Tak heran, di antara cabang-cabangnya, warung CakPer Suhat merupakan warung CakPer yang paling laris manis. Hal itu seperti diakui Mas Aziz (Tim Manajemen CakPer) kepada Bolang saat kopdar di salah satu cabangnya yang ada di Kasin, Jl. Arif Margono No. 62, Malang (29/7/2018).
******
Usai makan siang bersama, sekitar pukul 13.55 Wib kami dan "Group Sepur" kembali ke forum ICD. Ada yang menjaga booth, mengikuti workshop, sharing session, dan lain sebagainya.
Seseruan di Warung CakPer ternyata berlanjut. Silih berganti tamu berkunjung ke booth Bolang. Beberapa punggawa Kompasiana juga menyempatkan mampir di booth ini. Terima kasih.Â
Di sini, kawan-kawan menikmati sajian kopi khas Malang berikut cemilannya secara free. Kami terlibat obrolan dengan mereka. Ngobrol tentang apa saja. Tentang bagaimana mengembangkan komunitas. Intinya, mengembangkan jejaring.
******
Tak terasa waktu terus berjalan. Malam hari tiba, sekitar pukul 22.00 Wib. Malam yang dingin. Hingar bingar musik dan stand-up comedy sudah tak kuasa lagi menghangatkan Taman Krida Budaya.
Penerima award Kompasiana pun telah turun pangggung. Program Community Affiliation (COMMA) selesai dilaunching. Booth-booth komunitas mulai dibongkar. Panggung komunitas senyap. Pendopo sepi. Hanya ada sepasang kacamata hitam tertinggal....
Di pinggir jalan Suhat dekat Apotik Kimia Farma itulah, suasana malam jadi hidup kembali. Inilah obrolan malam di luar ICD, sayang saya melewatkan pertemuan malam yang satu itu.
*****
 ICD usai. Quo Vadis Komunitas selepas ICD 2018? Mungkin sebagian jawabannya ada di sini.Â
Terima kasih kawan-kawan, kepada "Group Sepur" dan semua yang terlibat dalam ICD 2018! Pertemuan itu indah. Kini tinggal kenangan. Hal yang baik kita junjung tinggi, hal yang buruk kita kubur dalam-dalam.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H