Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Quo Vadis Komunitas Malang Usai ICD 2018?

7 Agustus 2018   13:23 Diperbarui: 9 Agustus 2018   12:36 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Booth Bolang di ICD 2018/Dok. Pribadi

Salah satu ciri komunitas itu bersifat cair, tidak rigid seperti organisasi birokrasi. Hal ini merupakan kelebihan sekaligus kelemahan komunitas. Ia mudah didirikan sekaligus mudah bubar. Komunitas bersifat fleksibel, dapat bergerak di mana saja dan kapan saja. Ada kesempatan, jalan.

Komunitas Bolang misalnya, berdiri mengalir begitu saja usai event Roadshow Kompasiana Kampus bertajuk "Inovasi Strategi Bisnis di Media Online", UB Malang" (12/05/2015). Usai acara, beberapa orang mengajak berkumpul di sebuah Cafe, tepatnya di MX-Mall samping Matos (MX-Mall sekarang telah dirobohkan untuk didirikan mall yang baru).

Di forum itu, awalnya saya belum saling kenal antara satu dengan yang lain. Ada beberapa yang berasal dari Malang, Blitar, dan Surabaya. Usai ngobrol singkat, lalu terbentuklah Bolang (Blogger Kompasiana Malang), difasilitasi oleh pengelola Kompasiana.

Mulanya, kegiatan komunitas Bolang hanya sekedar "ngumpul". Kegiatan semacam ini dalam tradisi Kompasiana disebut kopdar, alias kopi darat. Saat itu, kesan Kompasiana berjargon "Sharing and Connecting" masih terasa banget.

Aktivitasnya mengalir begitu saja, seperti jalan-jalan bareng ke suatu tempat, lalu menuliskan pengalamannya di Kompasiana hingga jadi buku "Bolang Berbagi" (2017). Pada saat itu, jumlah pengelola tak lebih sekitar 8 orang. Dari sini, lahirlah filosofi Bolang: "Dolan Tapi Ora Dolanan".

Hari demi hari terus berjalan. Bersyukur, pada tahun 2017 Bolang menerima award sebagai Best Kompasiana Community 2017 di Jogjakarta. Award ini seolah menjadi pemicu, bahwa kegiatan kecil jika dikelola dengan baik akan memberikan efek positip di kemudian hari.

Apa Efeknya? 

Tak menyangka, tawaran datang silih berganti untuk kerjasama, seperti review hostel, penyelenggaraan event, dan yang terbaru adalah menulis buku bertajuk "Pesona Kampung Tematik Kota Malang" (2018) hasil kerja bareng dengan Disbudpar Kota Malang.

Buku
Buku
Satu hal yang menggembirakan, pimpinan Disbudpar akan menyediakan fasilitas "Wi-Fi" gratis dan "WC Mobil" (berbentuk box yang bisa dipindah-pindah). Fasilitas itu diberikan kepada sejumlah kampung tematik yang layak mendapat bantuan. Itulah sebagian efek setelah pihak Disbudpar Malang membaca buku itu.

Buku tipis bertajuk "Pesona Kampung Tematik Kota Malang" tersebut, kini sedang dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (Belanda, Inggris, dan Perancis).

Nah, untuk mengembangkan komunitas, Bolang tentu perlu tambahan sumber daya. Salah satunya adalah support dari anggota yang semakin banyak dan sejalan dengan visi komunitas. Karena itu, Bolang membuka layanan membuat akun gratis di ajang ICD 2018.

Quo Vadis Komunitas Malang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun