Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Notasi Cerdas Kelola Keuangan Pribadi dan Bisnis Kuliner

1 September 2017   16:00 Diperbarui: 5 September 2017   17:45 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membeli property dengan berhutang/Dokumentasi LPS

Mengatur keuangan pribadi atau perusahaan itu tak mudah. Alih-alih dapat menabung dan berinvestasi, pendapatan bisa "bocor" untuk hal-hal yang kurang produktif. Padahal, menabung tak harus menunggu penghasilan tinggi. Pun menyimpannya mesti bijak, agar nasabah memperoleh jaminan layak bayar. Bagaimana caranya?

Tulisan ini berusaha memadukan tiga pengalaman berikut: pertama, pentingnya mengelola keuangan bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kedua, pengalaman pribadi dalam berhutang sekaligus berinvestasi. Ketiga, cerdas mengelola industri kreatif kuliner bersama owner Kanefood. Dari ketiganya, diharapkan dapat menjawab pertanyaan di atas. 

Notasi Cerdas: "Kuncinya pada Gaya Hidup"

"Menabung itu tak harus menunggu pendapatan tinggi, kuncinya terletak pada gaya hidup", demikian tegas Farid Azhar Nasution di forum edukasi tentang "Pentingnya Mengelola Keuangan dalam Industri Kreatif" di Hotel Santika Premier, Jl. Letjen Sutoyo No. 79, Lowokwaru, Kota Malang (Sabtu, 19/8/2017).

.

Farid Azhar Nasution (kanan), saat menerima cindera mata dari Nurulloh (kiri) di forum edukasi, Hotel Santika Premier, Kota Malang (19/8/2017)/Dokumentasi Pribadi
Farid Azhar Nasution (kanan), saat menerima cindera mata dari Nurulloh (kiri) di forum edukasi, Hotel Santika Premier, Kota Malang (19/8/2017)/Dokumentasi Pribadi
Saya mendapatkan pelajaran berharga dari Direktur Group Perbendaharaan LPS itu. Dia lantas menunjukkan persamaan sederhana yang sering dipakai dalam literatur ekonomi. Notasi matematisnya adalah: Y = C+S+I. Persamaan sederhana inilah yang saya sebut "notasi cerdas" kelola finansial.

Apa maknanya?

Berapapun pendapatan rumah tangga (Y) yang dihasilkan dari bekerja setelah dikurangi untuk konsumsi (C), sebaiknya ada alokasi untuk tabungan (S) dan investasi (I). Karena gaya hidup konsumtif (C), akan menggerus pendapatan. Betul kan?

Cerdas berkonsumsi, berarti cerdas dalam mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup (need), bukan keinginan (want), sehingga selalu ada yang tersisa untuk dialokasikan pada tabungan dan investasi. 

So, kapan sebaiknya kita menabung/berinvestasi? 

Ya, sejak seseorang punya penghasilan, tidak harus menunggu Y tinggi. Saya ingat di waktu kecil, sisa uang saku sekolah, sebagian dimasukkan dalam "celengan".  Kalau dapat "angpao" saat lebaran, senang bukan main. "plung", masuk celengan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun