Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Nuzulul Qur'an dan Rindu Mengaji

11 Juni 2017   11:28 Diperbarui: 2 Juni 2018   20:55 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Properti Hiasan Ramadhan di Malang Town Square/Dok. Pribadi

Bulan Ramadhan menjadi istimewa, antara lain karena al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Wahyu pertama yang diturunkan adalah lima ayat pertama Surat al-Alaq (Q.S. 96: 1-5). Di Indonesia, peristiwa diturunkan al-Qur'an itu sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, dikenal dengan peringatan Nuzulul Qur’an.

Ayat-ayat pertama yang diturunkan itu mengandung pesan untuk membaca (iqra'). Perintah iqra' itu diulang-ulang sebanyak dua kali. Pertama, dua kali disebutkan di surat al-Alaq. Kedua, kata iqra’ disebut sekali di surat al-Israa’ (Q.S. 17: ayat 14).

Jelang peringatan malam nuzulul Qur’an, mari sejenak kita mengevaluasi diri (muhaasabah binafsihi). Evaluasi diri itu bersifat internal, ke dalam, dan tanpa disertai apologi serta melibatkan kesalahan pihak-pihak lain.

*****

Refleksi Diri "Mutu Puasa"

Setengah bulan Ramadhan telah berlalu. Sebentar lagi peringatan Nuzul Qur'an tiba. Tiap muslim yang berpuasa berlatih “menahan diri”. Tidak makan, tidak minum di siang hari. Tidak melakukan segala perbuatan yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga maghrib. Itulah per definisi puasa.

Properti Hiasan Ramadhan di Malang Town Square/Dok. Pribadi
Properti Hiasan Ramadhan di Malang Town Square/Dok. Pribadi
Namun, apakah setiap diri yang berpuasa benar-benar telah “berpuasa”? Jawabannya ada pada pribadi masing-masing.

Semoga kita yang berpuasa terhidar dari berkata-kata kotor, ujaran kebencian, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, an-nadhru bissyahwat (memandang penuh syahwat), dan sumpah palsu dan semacamnya seperti yang disebutkan dalam Hadits. Itulah penyakit-penyakit yang berpotensi merusak pahala puasa.

Bulan Ramadhan penuh berkah. Di dalamnya selalu ada dimensi sosial dibalik perintah menunaikan ibadah puasa. Misalnya mereka yang tak mampu berpuasa, wajib memberi makan fakir miskin. Contoh lain adalah kewajiban mengeluarkan zakat fitrah (setara dengan + 2,5 - 3 kg beras). Selalu ada dimensi sosial dalam ibadah puasa.

Dengan demikian, puasa Ramadhan merupakan sarana untuk menundukkan hawa nafsu sendiri, bukan hawa nafsu orang lain. Puasa juga sebagai sarana memupuk kepedulian sosial. Maka, melalui puasa, kita berlatih berbuat baik kepada Tuhan dan kepada sesamanya. Hamblun minalllah, hablun minannas

Refleksi Nuzulul Qur'an

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun