Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Anda Indonesia, Semua Anda Pancasila

2 Juni 2017   00:31 Diperbarui: 2 Juni 2017   01:33 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila/Dok. Pribadi

Selain itu, inspektur upacara juga berpesan bahwa, “Kita perlu belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui radikalisme, konflik sosial, terorisme, dan perang saudara. Dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah tersebut. Kita bisa hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri. Dengan Pancasila, Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur di tengah kemajemukan” (Teks Sambutan Upacara Hari Lahir Pancasila,  1 Juni 2017).

Para peserta keluar lapangan usai mengikuti upacara bendera Hari Kelahiran Pancasila/Dok. Pribadi
Para peserta keluar lapangan usai mengikuti upacara bendera Hari Kelahiran Pancasila/Dok. Pribadi
Sebagamana kita ketahui, Pancasila itu lahir dari serangkaian proses panjang yang cukup menguras pemikiran dan emosi kala itu, hingga akhirnya diterima sebagai ideologi negara. Bila dihitung sejak dari Hari Kelahiran Pancasila (1 Juni 1945) hingga kini (1 Juni 2017), maka Pancasila telah berumur 72 tahun.

Maka sudah sepatutnya generasi penerus bangsa menghargai hasil kesepakatan para founding fathers, ulama, tokoh masyarakat dan para pejuang kemerdekaan yang telah menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, muncul masalah-masalah pembangunan yang solusinya tidak selamanya dapat ditemukan secara ideologis dalam ideologi-ideologi sebelumnya. Maka tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus diletakkan dalam kerangka Pancasila sebagai ideologi terbuka yang penerapannya perlu dilakukan secara bijak dan hati-hati.

Sebagai contoh, peranan Pancasila dalam kehidupan di era keterbukaan seperti sekarang ini adalah mengayomi, melindungi dan mendorong penggunaan media sosial sebagai motivasi bagi pembangunan nasional yang merupakan wujud dari pengamalan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila patut pengguna media sosial gunakan dalam interaksi di dunia maya maupun dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

Demikian halnya terhadap kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa antara agama dan Pancasila tidak harus diposisikan saling bertentangan, apalagi saling menegasikan.

Peranan Pancasila adalah mengayomi, melindungi dan mendorong kehidupan beragama dan kepercayaan itu sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi pembangunan nasional yang tidak lain adalah bagian dari wujud pengamalan Pancasila itu sendiri.

Sekali lagi. “Selamat Hari Lahir Pancasila. Kita lndonesia, Kita Pancasila.  Semua Anda lndonesia, semua Anda Pancasila”, demikian seperti kutipan naskah sambutan Presiden RI yang dibacakan oleh inspektur upacara saat itu. Wallahu A’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun