Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengenang Kepingan Narasi di Sekitar Keraton Jogja

11 Mei 2017   19:40 Diperbarui: 12 Mei 2017   11:17 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petikan Amanat Penobatan HB-IX/Dok. Pribadi

Oh Jogja! Kota ini mengingatkan saya saat Tour de Yogya bersama rombongan pada liburan akhir tahun lalu (18/12/2016). Keraton Jogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Pantai Parangtritis yang kami kunjungi kala itu, menyimpan narasi hidup.

Keraton Jogjakarta/Dok. Pribadi
Keraton Jogjakarta/Dok. Pribadi
Narasi itu muncul dari orang-orang, tradisi, seni budaya, dan keindahan alamnya. Pantas kota ini disebut “Jogja Istimewa”, yang kepingan kekayaan budayanya seperti tergambar dalam "Song of Sabdatama". 

Pada 13 Mei 2017 nanti, kami akan hadir kembali ke Jogja untuk merangkai narasi di ajang Indonesia Community Day (ICD) 2017, sekaligus mengapresiasi gagasan rekan-rekan komunitas KJOG selaku tuan rumah.  

Kenangan Bermakna di Keraton Jogja

“Dunia layaknya buku, dan bagi mereka yang tidak melakukan perjalanan, berarti hanya membaca satu halaman saja”, demikian kata Saint Augustine.

Saat melakukan perjalanan ke Keraton Jogjakarta kala itu, saya mendapati nilai-nilai bermakna, seperti tercermin dalam cuplikan amanat penobatan HB-IX yang tersimpan di Keraton Jogja berikut ini.

Petikan Amanat Penobatan HB-IX/Dok. Pribadi
Petikan Amanat Penobatan HB-IX/Dok. Pribadi
 “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa” (Cuplikan Amanat Penobatan HB-IX, 18 Maret 1940).

Nilai cinta tanah air, juga tercermin dari para petinggi dan masyarakat Keraton yang "legowo" untuk tidak berpisah dengan Republik Indonesia pasca kemerdekaan RI. Hal ini terekam dalam petikan amanat Hamengku Buwono IX yang diteken pada tanggal 5 September 1945 berikut ini.

Prasasti Amanat Hamengku Buwono IX/Dok. Pribadi
Prasasti Amanat Hamengku Buwono IX/Dok. Pribadi
“Bahwa Negeri Ngajogjakarta Hadinigrat Yang Bersifat Keradjaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia…Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam Negeri Ngajogjokarto Hadiningrat mengindahkan amanat Kami ini....”

Dibalik dokumen-dokumen bersejarah itu, tentu menyimpan narasi panjang. Begitu juga dengan benda-benda bersejarah lainnya seperti beduk, kentongan, gamelan, blangkon, keris, dan masih banyak lagi. Video ini adalah kenangan saat bersama pemandu wisata Keraton Jogja (lihat video).

Saya mendapati, ada kearifan lokal yang dapat dipetik dari kehidupan Keraton Jogjakarta yang sudah berumur lebih dari 250 tahun itu. Kekayaan Keraton, menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi wisata budaya Jogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun