Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merias Sawah Pujon Kidul Menjadi Surga Wisata

27 April 2017   15:24 Diperbarui: 28 April 2017   14:19 6086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spot foto dengan latar belakang baliho bertuliskan "Desa Wisata Pujon Kidul" (24/4/2017)/Dok. Pribadi

Desa Wisata Pujon Kidul, disebut-sebut laksana kepingan surga di bumi Arema (Arek Malang). Lahan pertanian tersembunyi di balik gunung tidur ini mulanya tak populer. Namun pasca berbenah Desember 2016 lalu, desa yang instagramable ini ramai dikunjungi wisatawan.

Seperti apa sih gambarannya, bikin baper aja, hehe :). Untuk itu, izinkan saya berbagi inspirasi berdasarkan hasil kunjungan kami ke lokasi pada akhir liburan Senin lalu (24/4/2017).

Rest Area di Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Rest Area di Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Lokasinya berada di desa Pujon Kidul, Pujon, Kabupaten Malang. Jaraknya sekitar 3,5 km dari titik pertigaan monumen patung sapi, Pujon. Kami berangkat dari kota Malang pukul 08.30 Wib, tiba di lokasi sekitar sejam kemudian.

Keunikan Desa Wisata Pujon Kidul

“Pak, hari ini buka sampai jam berapa?”, tanyaku pada seorang warga pemandu jalan. “Kalau liburan seperti hari ini buka sampai jam 10 malam”, jawabnya.

Muncul satu pertanyaan, mengapa sebuah desa banyak dilirik orang, sementara sebagian besar desa lainnya tidak?

Pertanyaan itu mengingatkan saya saat dua tahun lalu berkunjung ke desa wisata Tegalalang, Bali. Wisata sawah terasering (sawah berundak) itu sedap dipandang mata sembari menikmati sajian kuliner khas Bali. Kawasan Tegalalang, dikenal sebagai desa wisata internasional.

Memori saya kala itu, seolah hadir kembali di Desa Wisata Pujon Kidul dengan suasana berbeda. Begitu tiba di lokasi, gazebo-gazebo mini berdiri seolah siap menyambut kedatangan kami.

Setelah membayar karcis masuk seharga Rp 5.000/orang dan kartu parkir Rp 5.000/mobil, kami mendapatkan kupon untuk ditukarkan dengan minuman gratis. Selebihnya, wisawatan bebas membeli makanan dan minuman lain di Café Sawah.

Gazebo-gazebo mini di tengah sawah/Dok. Pribadi
Gazebo-gazebo mini di tengah sawah/Dok. Pribadi
Sambil lesehan di gazebo, wisatawan bebas menikmati semilir angin pegunungan sambil menikmati aneka kuliner, minuman jus, atau kopi hangat. Sajian itu disediakan oleh pengelola Café Sawah yang melibatkan sekitar 33 karyawan.

Suasana di Kedai Kopi Cafe Sawah/Dok. Pribadi
Suasana di Kedai Kopi Cafe Sawah/Dok. Pribadi
Di sudut lain, pengunjung disuguhi pemandangan kolam ikan dilengkapi jembatan kecil di atasnya. Bangunan kayu sebagai tempat unik untuk kuda, berada di sisi lainnya. Taman bunga dan sayuran di sekitarnya, menambah sedap pemandangan.

Kolam ikan area Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Kolam ikan area Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Hemat saya, kita patut belajar dari kreativitas para agen perubahan desa dalam melakukan diversifikasi sawah menjadi desa wisata tanpa merusak fungsi utamanya. Bagaimana mereka melakukannya?

Mendiversifikasi Sawah Menjadi Tempat Wisata Unik

Sejauh mata telanjang menyapu hamparan sawah hingga membentur pegunungan, tampak view tanaman padi dan sayuran seperti kol, bawang merah, tomat, dan sejenisnya. Tempat ini cocok untuk membebaskan diri sejenak dari kepenatan dan hiruk pikuk kehidupan perkotaan.

Areal persawahan seluas 7600 m2 yang dijadikan desa wisata itu tetap warga fungsikan untuk tanaman padi dan aneka sayuran. Kegiatan bertani semacam ini justeru menjadi pelengkap objek wisata berbasis alam yang menarik. 

Suasana Cafe Sawah Pujon Kidul saat liburan (24/4/2017)/Dok. Pribadi
Suasana Cafe Sawah Pujon Kidul saat liburan (24/4/2017)/Dok. Pribadi
Kala berkunjung, saya melihat sosok perempuan tangguh membawa rumput di atas kepalanya sambil berjalan di sekitar areal wisata. Di seberang jalan, tampak seorang ibu bercapil sedang memungut sejenis sayuran di atas hamparan sawah yang menghijau.

Seorang perempuan tangguh membawa rumput di atas kepalanya/dok. Pribadi
Seorang perempuan tangguh membawa rumput di atas kepalanya/dok. Pribadi
Spot-spot foto selfie,wellfie dan deretan gazebo mini menyempurnakan eksotika wisata sawah. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri, seperti wisatawan yang kami jumpai membawa sepasang burung kakak tuanya ke tempat ini.

“Izinkan saya memotret burung-burung ini, apa boleh Mas?”, pintaku. Dia menjawab, “silahkan, asal tidak menggunakan lampu blitz!”. Saya mendapati kesempatan langka ini. Terima kasih.

Burung kakak tua dibawa serta oleh pemilknya berwisata/Dok. Pribadi
Burung kakak tua dibawa serta oleh pemilknya berwisata/Dok. Pribadi
Desa wisata ini menyediakan satu rest area berupa bangunan permanenSelebihnya, berupa gubuk-gubuk semi permanen di tengah sawah. Pengunjung disediakan meja kursi yang sengaja diletakkan tepat di tengah sawah.

Gazebo-gazebo mini di Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Gazebo-gazebo mini di Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Sebagian meja kursi lainnya ditata di tempat terbuka tanpa atap dengan background bertuliskan “Desa Wisata Pujon Kidul” dengan ikon capung berwarna biru bertengger di atasnya.

Dua lingkaran berpola daun waru sengaja diletakkan di depan background itu. Fungsinya sebagai tempat pijakan untuk berfoto yang memungkinkan seluruh view pemandangan alam ikut tersapu bidikan camera. 

Berbagi Peluang Wisata yang Ramah Ekonomi

Buah-buah apel tampak bergelantungan di sebuah stand, dijajakan untuk pengunjung yang hendak masuk atau baru keluar dari pintu gerbang Café Sawah. Hal ini mengisyaratkan adanya keberpihakan terhadap warga setempat untuk dapat mengakses sumber-sumber ekonomi baru, selain mereka yang direkrut sebagai karyawan café sawah.

Penjual apel di lokasi wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Penjual apel di lokasi wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Di stand pinggir jalan searah dengan pintu masuk, berdiri sebuah gubuk (stand) penjualan aneka buah dan sayuran. Kami sempat membeli tomat segar yang menurut penjualnya baru dipetik dari sawahnya. Harganya Rp 5.000 per setengah kilo gram. Tepat di depan gubuk ini, terpajang banner bertuliskan “Dilarang Berjualan Tanpa Seijin Desa”.

Penjual buah dan tomat segar di lokasi wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Penjual buah dan tomat segar di lokasi wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Tak hanya itu, masyarakat Pujon Kidul kreatif memanfaatkan peluang wisata dengan mendirikan sejumlah home stay. Karenanya, desa wisata ini masuk lima besar sebagai desa wisata nasional untuk kategori home stay pada tahun 2016 lalu.

Wajar, jika “Pujon Kidul yang masuk lima besar terbaik homestay, kami ikutkan lomba di tingkat ASEAN,” demikian ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara sebagaimana diwartakan oleh Liputan6.com (11/4/2017).

Implikasinya, Pendapatan Asli Desa (PADes) Pujon Kidul berpotensi terus meningkat, seiring dengan besarnya pemasukan dari jasa parkir, retribusi warung, pajak homestay dan sumber-sumber pendapatan lainnya.

Area parkir kendaraan roda empat/Dok. Pribadi
Area parkir kendaraan roda empat/Dok. Pribadi
Deretan mobil dan sepeda motor memenuhi area parkir saat itu, bahkan meluber hingga ke luar area parkir. Fenomena ini menggambarkan Desa Wisata Pujon Kidul ramai pengunjung, terutama saat week end. Maka wajar, jika disebut-sebut perolehan PADes Pujon Kidul lebih besar dari pada 378 lebih desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Malang.

Area parkir mobil di Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Area parkir mobil di Desa Wisata Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Sembari terus berbenah, perbankan plat merah pun ikut berpartisipasi menghidupkan desa wisata ini. Indikasinya erlihat dari sejumlah gapura bertuliskan Desa Wisata Pujon Kidul dengan menyertakan nama salah satu bank.

Gapura menuju desa Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Gapura menuju desa Pujon Kidul/Dok. Pribadi
Masyarakat Pujon Kidul lagi semangat-semangatnya menjadikan desanya menjadi kampung produktif. Saya mendapati kebun mini berisi kebun markisa di halaman rumah penduduk, kala kami pulang melewatinya. 

Bahkan sejak di lokasi, masih banyak lahan kosong yang belum dioptimalkan. Saya perhatikan, ada kegiatan warga yang sedang merakit bambu-bambu, entah difungsikan untuk spot apa nantinya.

Pekerja sedang merakit bambu di dekat lokasi wisata/Dok. Pribadi
Pekerja sedang merakit bambu di dekat lokasi wisata/Dok. Pribadi
Secara umum, daerah-daerah pinggiran kota di Malang Raya mulai menyadari pentingnya menciptakan inovasi wisata. Sekedar contoh, baru-baru ini di daerah sekitarnya hadir wisata “Taman Kelinci” yang banyak dicari dan “Taman Bulu” yang banyak diburu. Demikian halnya dengan Desa Wisata Pujon Kidul, kini tampak makin ramai dikunjungi.

Desa wisata ini terus berusaha menarik sebanyak-banyaknya pengunjung untuk datang. Baliho besar di tengah sawah dipancangkan. Baliho itu bertuliskan “Malang Kabupaten, the heart of east Java”.

Baliho besar terlihat dari sebuah kedai Cafe Sawah/Dok. Pribadi
Baliho besar terlihat dari sebuah kedai Cafe Sawah/Dok. Pribadi
Walhasil, sederhana itu indah, sesederhana desa Pujon Kidul memperlakukan sawahnya hingga menjadi laksana kepingan surga di bumi Arema. Tapi menjadikan sesuatu yang sederhana itu indah tak selalu berarti mudah, tergantung dari bagaimana cara kita memperlakukannya.

Bagaimana pandangan Anda? Mari saling berbagi inspirasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun