Menurut penjelasan Pak Joko, dulu ada kincir air memanfaatkan aliran air terjun ini untuk pembangkit listrik. Namun karena terkena banjir, kincir itu musnah hanyut terbawa air kala itu.
Saat saya melihat dari dekat, tak ada bekasnya, kecuali sisa-sisa pondasi beton yang terkikis air. Berharap, kincir air itu suatu saat bisa dibangun kembali, seiring dengan meningkatkatnya kebutuhan sumber energi terbarukan.
Seringkali, tempat wisata tertentu membuat penasaran pengunjung karena dibumbui legenda atau cerita rakyat. Namun antara cerita (story) dan sejarah (history) seringkali bercampur aduk, sehingga sulit diyakini kebenarannya.
“Konon, nama Coban Siuk berasal dari nama perempuan pemilik lahan ini, yaitu Mbok Siyok”, demikian menurut apa yang didengar Pak Joko, pembantu penjaga keamanan tempat wisata ini saat bercerita kepada kami di warung kopi miliknya. Warung penjaja makan & minuman ini, merupakan satu-satunya warung yang ada di lokasi Coban Siuk.
Beberapa meter dari Coban Siuk, saya melihat pohon mati berdiri di pinggir jalan setapak, dipagari ala kadarnya. Pohon itu diberi balutan kain berwarna merah putih. Ini fakta. Namun fakta ini juga sarat dengan legenda.
Hingga saat artikel ini ditulis, Coban Siuk belum resmi dilaunching, tapi tempat itu sudah dapat dikunjungi oleh para wisatawan pecinta alam yang penasaran akan pesona dan potensi alamnya. Kapan giliran Anda?