Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Edukasi Menulis & Potensi Spiral Rezeki Ala Bolang

14 Februari 2017   15:49 Diperbarui: 15 Februari 2017   07:43 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksperimen Membuat Fly Wheel, energi penghasil listrik ramah lingkungan/Dok. Pribadi

“Dolan, tapi bukan sekedar dolanan”, begitu komunitas Bolang mengidentifikasi diri. Saya tak mengira, motto sederhana ini mampu memotivasi Bolang, menarik jejaring baru dan melahirkan sejumlah karya, seperti buku “Bolang Berbagi” (2017).

Bolang edukasi menulis bersama Siswa SMK Al Kaaffah di Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
Bolang edukasi menulis bersama Siswa SMK Al Kaaffah di Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
Buku itu berisi berbagi pengalaman unik yang diangkat dari hasil jalan-jalan atau “ngebolang” ke beragam tempat yang jarang dilirik orang, seperti Arboretum, tempat wisata, panti asuhan, dan usaha kecil. Bolang juga pernah menemui Pak Tua, si tukang cukur rambut pinggir jalan hingga berlanjut berkunjung ke rumahnya.

Sederhana, di sela-sela kesibukan, Bolang kadangkala pergi ke gubuk tengah sawah hanya untuk makan bersama sekaligus berbagi rezeki “kecil” dengan sesama. Buku “Bolang Berbagi” itu, adalah refleksi hasil perjalanan menyapa orang-orang kecil. Terpetik hikmah bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana berbagi kasih sambil “dolan, tapi bukan sekedar dolanan”.

Kami percaya, dengan berbagi hal bernilai sekecil biji sawi pun, akan mendatangkan berkah yang bertahan lama. Bahkan berpotensi menjadi spiral rezeki. 

Ada efek semacam “beyond rezeki”. Sesuatu yang tak disangka-sangka dari mana datangnya. Jika ada beyond blogging Kompasiana, saya yakin ada “beyond rezeki”.

Rezeki tak harus berarti uang. Saling percaya, kebersamaan, dan jejaring pertemanan merupakan modal sosial yang mengandung rezeki. Rezeki dalam wujud lain tapi bisa dirasakan.

Merumuskan Agenda Kegiatan Bolang 2017 di So Ima Bar & Kitchen/Dok. Pribadi
Merumuskan Agenda Kegiatan Bolang 2017 di So Ima Bar & Kitchen/Dok. Pribadi
Pada saat senyuman menjadi langka akibat perbedaan pandangan politik, harga sesungging senyuman dari sahabat berasa jauh lebih berharga dari pada sekedar hadiah goody bag, hehe :)

*******

Pada Sabtu lalu (11/2/2017), Bolang kembali berbagi, meski bukan berbagi rezeki dalam bentuk uang. Bolang hanya berbagi pengalaman menulis kepada siswa SMK Al Kaffah Malang. Selain itu, tujuannya untuk mengembangkan kader Bolang. Bagaimana pola edukasinya?

Pertama, Tahap inisiasi

Pola kegiatan Bolang berawal dari inisiasi gagasan yang dirumuskan bersama dari bawah (bottom up). Apa hasilnya? Produknya berupa Program Bolang 2017, seperti program komunikarya, bidik sosok, bedah buku, panduan wisata, jalan-jalan, serta berbagi pengalaman. Salah satu contohnya, adalah program berbagi pengalaman menulis dengan siswa SMK dan guru SMAN terpilih di kota Malang.

Berbagi Pengalaman Menulis di Pendopo SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
Berbagi Pengalaman Menulis di Pendopo SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
Edukasi menulis tidak diberikan di kelas besar, melainkan fokus menemani kelompok sasaran kecil yang berminat, seperti edukasi menulis terhadap empat siswa SMK Al Kaaffah Malang: Badrul, Dewi, Wafiq, dan Laela.

Pelaksanaannya tanpa membebankan beaya, alias free dan tak ada unsur paksaan. Pun tak menjual proposal. Pasalnya, Mas Selamet Hariadi selaku pembina klub menulis di SMK industri Al Kaaffah tempatnya mengabdi, ingin siswanya dapat membuat buku seperti yang Bolang hasilkan. Gayung bersambut, Bolang mengagendakannya menjadi salah satu program komunitas.

Selain siswa, guru dipilih sebagai sasaran edukasi menulis, karena para pendidik membutuhkan karya tulis sebagai salah satu persyaratan naik pangkat. Pertimbangannya, jika guru berhasil membuat buku yang ber-ISBN, mereka juga berpotensi dapat menyebarluaskan virus menulis di lingkungannya, baik melalui tulisan mandiri maupun kolaborasi, bahkan melalui event-event kompetisi antar sekolah.

Targetnya, tercipta produk berupa karya tulis sederhana, apapun bentuknya, seperti buku kumpulan puisi, cerita pendek, reportase, opini, atau bahan tutorial. Bolang hanya memfasilitasi dan menghubungkannya dengan penerbit. Bukankah sesungguhnya mereka adalah narasumber warga atau pakar unik di bidangnya masing-masing?

Hasil tulisan dipublikasikan di media yang sudah ada, setidaknya siswa dapat menempelkan karyanya di majalah dinding (mading) sekolah atau menguploadnya di Blog Kompasiana. Sementara guru dapat menyusun buku atau bahan turorial sederhana yang menarik.

Majalah Dinding SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
Majalah Dinding SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
Kami memandang, hal itu adalah sisi lain dari pengkaderan, sekaligus perwujudan beyond blogging, lingkungan yang relevan dengan Malang Raya sebagai kota pendidikan, wisata dan industri jasa.

Karena itu, Bolang memilih melakukan hal sederhana tapi perlu. Hal kecil tapi tepat sasaran. Gak penting tapi relevan. Kata kuncinya, memulai aktivitas dengan nyaman dan melakukan hal sederhana yang bertujuan. Selanjutnya, biarlah hukum alam bekerja mengikuti mekanismenya sendiri.

Kedua, Tahap Implementasi Gagasan

Sabtu siang itu, Bolang hadir sekitar pukul 10.30 Wib di SMK Al Kaaffah, Malang. Bolang berkeliling mengamati lingkungan sekolah dan mengamati aneka karya yang dipajang di mading.

Tampak asrama siswa dengan kolam yang dikitari aneka tanaman menghijau. Karya fly wheel, ekperimen energi baru terbarukan penghasil energi listrik rakyat dipajang di sisi gedung SMK ini. Sementara bus sekolah parkir di depan halaman.

Gedung dan Halaman SMK Al Kaafah Malang/Dok. Pribadi
Gedung dan Halaman SMK Al Kaafah Malang/Dok. Pribadi
Kolam depan asrama SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
Kolam depan asrama SMK Al Kaaffah Malang/Dok. Pribadi
SMK Al Kaaffah menjadikan Pertemuan Sabtu Malam Minggu (Persami) sebagai ajang gelar produk siswa di bawah tenda-tenda. Pasalnya, para siswanya didorong terampil membuat karya teknologi tepat guna, seperti lampu LED ramah lingkungan, sensor gerak, sensor cahaya, dan aneka produk lainnya.

Gelar produk siswa SMK di ajang Persami/Dok. Pribadi
Gelar produk siswa SMK di ajang Persami/Dok. Pribadi
Eksperimen Membuat Fly Wheel, energi penghasil listrik ramah lingkungan/Dok. Pribadi
Eksperimen Membuat Fly Wheel, energi penghasil listrik ramah lingkungan/Dok. Pribadi
Sementara itu, saya kebetulan diminta membantu melakukan refleksi bersama para guru dalam menyiapkan borang akreditasi sekolah yang sebentar lagi hendak diajukan.

Sharing dengan para Guru SMK Al Kaaffah/Dok. Pribadi
Sharing dengan para Guru SMK Al Kaaffah/Dok. Pribadi
Kawan-kawan Bolang mengamati karya tulis siswa yang tertempel di mading untuk dijadikan contoh tulisan, berlanjut sharing pengalaman menulis di Pendopo SMK Al Kaaffah. Usai sharing, Bolang berkunjung dan makan bersama di rumah Mas Selamet Hariadi.

Makanan khas tradisional di rumah Mas Hariadi/Dok. Pribadi
Makanan khas tradisional di rumah Mas Hariadi/Dok. Pribadi
Kegiatan tak berhenti di sini. Saat mengimplementasikan program komunitas di lapangan, hampir selalu diselingi unsur mBolang, yaitu “dolan atau jalan-jalan tapi bukan sekedar dolanan”.

Peserta edukasi menulis diajak pergi jalan-jalan mengunjungi Taman Tugu, setelah mereka diberi kesempatan praktik menulis puisi di Kantor Kompas, yang lokasinya hanya selemparan batu dari Balai Kota Malang.

Ketiga, Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah siswa melakukan praktik menulis puisi. Mbak Lilik misalnya, penulis buku fiksi Perempuan oh Perempuan itu dengan telaten memberi masukan bagaimana menulis yang lebih baik. Sedangkan Mbak Desy memberikan refleksi di kantor Kompas sebagai berikut.

Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
“Saya menulis itu mulanya hanya untuk mengisi waktu luang. Saya mencoba menulis fiksi dengan cara mencontoh tulisan yang ada, hasilnya masih jelek… Saya coba mengganti kata-kata dari tulisan yang saya jadikan contoh itu dengan kata-kata saya sendiri. Bukan menjiplak, hanya meniru polanya… 

Hasilnya? masih jelek… tapi saya terus belajar dan belajar. Menulis itu panggilan hati, bukan keterpaksaan. Kalau menulis karena terpaksa, akan terasa melelahkan banget. Soal rejeki, nanti akan mengikuti sendiri...”.

Refleksi Edukasi Menulis di Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
Refleksi Edukasi Menulis di Kantor Kompas Malang/Dok. Pribadi
Apa yang dikatakan Mbak Desy bukanlah isapan jempol belaka. Walhasil, ia pernah mencatatkan namanya sebagai peraih penulis fiksi terbaik di ajang Kompasianival 2015, pernah ditunjuk sebagai salah satu dewan juri karya fiksi tingkat nasional, dan beberapa buku fiksi telah dihasilkannya, salah satunya adalah antologi puisi berjudul “Mak Renta” yang ditulis bersama 100 Kompasianer. Buku berjudul “Mati” adalah karya terbarunya.

Keempat, Tahap Penguatan

Untuk memperkuat hasil edukasi sekaligus membangkitkan kebersamaan komunitas, Bolang mengajak para siswa berkeliling ke Taman Tugu Kota Malang. Tempat itu bertabur kerlap kerlip lampu taman. Bunga teratai membisu di atas air kolam. Bolang membiarkan mereka mengembangkan imajinasinya di tempat yang disuka para remaja itu.

Refreshing ke Taman Tugu, Balai Kota Malang/Dok. Pribadi
Refreshing ke Taman Tugu, Balai Kota Malang/Dok. Pribadi
Taman Tugu, Balaikota Malang/Dok. Pribadi
Taman Tugu, Balaikota Malang/Dok. Pribadi
Pukul 20.00 Wib. Bolang memberi kesempatan mereka untuk kembali ke rumah masing-masing dengan grab taxi. Bolang mensupportnya, dan menanti karya mereka. Virus menulis telah ditanamkan. Biarlah takdir yang menentukan nasib mereka di masa depan. Seperti nasib sebuah tulisan yang mengalir entah ke mana setelah dipublikasikan, mengikuti takdirnya sendiri.

Melepas peserta edukasi menulis di depan Balai Kota Malang/Dok. Pribadi
Melepas peserta edukasi menulis di depan Balai Kota Malang/Dok. Pribadi
Insyaallah, bulan depan Bolang kembali menyapa guru di salah satu SMAN favorit di Kota Malang. Hanya untuk berbagi pengalaman menulis, sambil entah ngebolang ke mana lagi. 

Saya merasakan, komunitas Bolang dapat dijadikan sebagai jembatan untuk menyapa siapapun dan berpotensi menciptakan “spiral rezeki”. Salah satu contohnya, komunitas berhak mendapatkan 18% royalti dari hasil penjualan buku “Bolang Berbagi”.

Cover Buku Bolang Berbagi/Sumber: Dok. Group Bolang
Cover Buku Bolang Berbagi/Sumber: Dok. Group Bolang
Tentu kinerja Bolang belum seberapa. Bolang terus belajar. Yuk lanjutkan sharing & connecting, mewujudkan beyond blogging yang lebih bermakna!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun